Rabu, 18 Desember 2013

Catatan Perjalanan (Di Balik Keindahan Alam Gunung Bawakaraeng)


Mengawali pertualangan kali ini, kuawali dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena tanpa kehendak-Nya pengalaman yang luar biasa ini tak akan pernah kujalani dan kuukirkan.

“Siapkan Fisik, Mental dan Perlengkapan Anda!” sekiranya itulah pesan singkat koodinator lapangan tim kami, sehari sebelum tim ekspedisi melakukan pendakian gunung bawakaraeng.

Hari ini bertepatan jumat 13 september 2013, kami merencanakan akan melaksanakan pendakian ke salah satu puncak gunung tinggi di Sulawesi selatan yakni gunung bawakaraeng. Berdasarkan informasi yang didapatkan dariberbagai sumber, Asal kata Bawakaraeng sebenarnya memiliki arti sendiri Bawa artinya Mulut dan Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan. Masyarakat di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali sehingga banyak masyarakat yang juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji. Selain berfungsi sebagai penyedia air bagi beberapa kabupaten di Sulawesi selatan, Gunung Bawakaraeng juga sangat kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati diantaranya ditumbuhi oleh berbagai jenis flora seperti jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak serta berbagai jenis fauna antara lain, Anoa, babi hutan, ular, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan beberapa jenis fauna yang lain.

Nah itu tadi gambaran singkat tentang gunung bawakaraeng..

Berangkat dari kota Makassar bukan tanpa hambatan, tetapi meski demikian berbagai kendala dan permasalahan tersebut kami coba hadapi dengan penuh tekad, kesabaran dan semangat. kami adalah kumpulan beberapa mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas hasanuddin terdiri dari Koordinator Lapangan Abzal Bastarie, Yusfi Yusuf, Frenky Leonardo, Ignasius Yalfet, fajar izas, Reza, Rudi, Nur syamsiah, K.Maya K.Syainullah Wahana,  k. Mamat key dan tentu saja yah saya sendiri

Perjalanan kami mulai di dusun  lembanna, Desa patappang, Kecamatan tinggi moncong, Kab. Gowa. Dusun lembanna merupakan dusun terakhir dijalur pendakian kabupaten gowa yang terletak di kaki gunung bawakaraeng. Karena letaknya di kaki gunung tidak heran jika suhu didaerah ini juga sangat dingin. Untuk mencapai daerah ini biasanya diperlukan waktu tempuh kurang lebih 2-4 jam dari kota Makassar melewati kota sungguminasa dan kota malino. Di Lembanna inilah biasanya para Pecinta Alam atau pendaki menginap atau sekedar melepas lelah sebelum mereka melakukan perjalanan menuju puncak bawakaraeng sehingga tidak mengherankan jika beberapa Organisasi Pencinta alam mempunyai basecame didaerah ini. Lokasi basecame mereka biasanya berada dipemukiman penduduk di daerah ini. keterbukaan dan keramahan warga juga menjadi faktor mengapa mereka memmilih daerah ini sebagai basecame. Keramah tamahan warga disini menjadi keunikan tersendiri yang jarang didapatkan di daerah lain, dimana sesekali kita berpapasan dengan warga sesekali itu itu kita akan melihat senyum diwajah warga tersebut. Tak terkecuali basecame yang kami tempati yakni dirumah seorang warga yang akrab dipanggil P.Tata Budding sekarang dijadikan basecame SAR UNHAS. P.Tata Budding kini tinggal bersama beberapa orang anaknya beserta beberapa cucunya, meskipun sudah tua bapak ini terlihat tetap bugar dan semangat masih jelas terpancar jelas diwajahnya.

Setelah melepas lelah, perjalanan kami mulai tepat pukul 14.00 WITA dari basecame. Untuk mencapai puncak gunung bawakaraeng pendaki mesti melewati 10 pos dengan waktu tempuh normal sekitar 6-10 jam tergantung kemampuan dari para pendaki. Namun Biasanya para pendaki melakukan perjalanan selama 2 hari dengan came dibeberapa pos sebelum mencapai puncak. Tak lupa sebelum kami melakukan perjalanan kami memanjatkan doa terlebih dahulu agar diberi keselamatan hingga sampai di tempat tujuan.

          
Berada di Basecame di Dusun Lembanna

Foto bersama tim di Pintu Masuk Pendakian Gunung Bawakaraeng

Berangkat dari Lembanna menuju pos 1, pendaki akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang menabjubkan yaitu hamparan perkebunan penduduk yang begitu hijau dan Asri. Terlihat sesekali penduduk menyiangi tanaman mereka, tentu saja mereka merawat dengan sepenuh hati supaya tanaman yang mereka hasilkan juga memuaskan. Hal yang menarik adalah petani disini mulai memanfaatkan kompos sebagai pupuk tanaman mereka, tampaknya penduduk sudah sadar bahwa penggunaan pupuk kimia yang berlebihan ternyata telah membuat tanah mereka menjadi tandus dan kurang subur sehingga mereka mulai beralih menggunakan pupuk kompos. Bahkan penggunaan bahan organic dari kompos ini juga telah memacu pertumbuhan tanaman mereka. Selain Buah dan Sayur dihasilkan lebih besar juga penggunaan pupuk organik dapat memacu peningkatan perekonomian yang berujung pada kesejahteraan petani.


Pertanian Organik di Dusun Lembanna

Menuju Pos I

Setelah melewati daerah perkebunan maka pendaki akan memasuki daerah pohon pinus ada dua jalur menuju pos 1 yaitu jalur air terjun dan jalur pohon pinus. Kurang lebih 30 menit sebelum mendapatkan POS I pendaki akan mendapatkan pos bayangan. Di pos ini terdapat sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh pendaki. Setelah kurang lebih 1 setengah jam perjalanan dari Lembanna tepat pukul 15.30 WITA kami pun tiba di POS I.


                Di Pos I ini mempunyai ketinggian atau elevasi 1718 mDPL (meter Diatas Permukaan Laut). Dari Hasil Ekpedisi NKRI Tahun 2013 Koridor Sulawesi SubKorwil Gowa telah dibuat tugu sederhana yang menandakan bahwa anda telah berada di Pos I. Yang menarik dari tugu ini adalah, dibalik tugu ini ada sebuah tulisan singkat“ Kami Orang yang beradat adatlah dijunjung tinggi, Keramah tamahan jadikan selimut”. Dari kalimat diatas jelas berpesan kepada kita semua bahwa jangan sekalipu kita melupakan adat karena adat kebudayaan yang turun-temurun diwariskan kepada setiap generasi, dan salah satu  yang patut kita junjung tinggi adalah keramah tamahan. 
                Pada Pos I ini mempunyai dua jalur yaitu jalur menuju pos II dan Jalur menuju lembah ramma. Lembah Ramma merupakan salah satu lembah di bawah gunung bawakaraeng yang menyajikan pemandangan yang eksotis. Dilembah ini pegunungan Bawakaraeng terlihat dengan jelas.
Menuju Pos II

Dari Pos I menuju Pos II Medan yang dilalui yakni bukit-bukit berbatu yang dikelilingi semak belukar. Diperlukan waktu sekitar 40 menit dari Pos I menuju pos II. Tepat Pukul 15.31 WITA tim Kami tiba di POS II. Topografi Pos I dan PoS II mempunyai kemiripan yaitu sama-sama berada ditempat yang Landai.

Di Pos II ini mempunyai ketinggian/ elevasi mencapai 1703 mDPL. Seperti pada tugu sebelumnya di tugu inipun juga terdapat kalimat “ Berapa banyak harta yang dimiliki kalau sifat tamak dan tidak bersyukur, memiliki seluruh  isi bumi pun tidak akan bahagia”. Nah dari kalimat singkat diatas jelas memberikan pesan bagi pendaki untuk tidak serakah dan selalu mensyukuri apa yang ada dan yang perlu kita ketahui bahwa kekayaan tidaklah menjamin manusia akan bahagia. Terlebih manusia yang paling bahagia adalah manusia yang selalu mensyukuri apa yang ada, Manusia yang senantiasa mengucapkan Alhamdala ketika mendapatkan nikmat dan senantiasa bersabar, serta mengucapkan Innallillah ketika tertimpa musibah. Setelah beriistirahat sejenak melepaskan lelah kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos II. 
Menuju Pos III
                Menuju pos III medan perjalanan yang di tempuh hampirsama dengan Pos II dimana jalan berbatu dan bersemak. Kurang lebih 20 menit perjalanan atau Tepat 16.30 WITA Tim kami tiba di Pos III. Di Pos ini juga terdapat sumber air/sungai namun pada saat musim kering sumber air ini juga dapat mengering.  Pos III ini mempunyai ketinggian/ elevasi 1835 mDPL. Dibeberapa sisi di POs ini juga biasa digunakan tempat came/mendirikan tenda. Pesan pada tugu di pos ini berbunyi “Jangan terlalu bergantung pada orang lain karena bayangannmu dapat meninggalkanmu saat kamu berada di kegelapan”


Berada di POS III

Menuju Pos IV


                Menuju Pos IV medan yang ditempuh mulai memasuki vegetasi hutan khas tropis yang lebat, pepohonan Nampak menjulang tinggi ke langit, terkadang disisi jalan ditumbuhi rotan dan beberapa jenis lumut menandakan suhu disekitar sangat lembab. Perjalanan dari Pos III ke Pos IV dapat ditempuh kurang lebih 30 menit sehingga kami pun tiba di pos ini pada pukul 17.03 WITA. Yang menarik di pos ini adalah terdapat sebuah tugu “bisa juga disebut makam” untuk mengenang salah satu pendaki digunung bawakaraeng. Pos IV ini mempunyai ketinggian/ elevasi 1940 mDPL. Layaknya pada tugu sebelumnya disinipun terdapat sebuah pesan yang berbunyi “Harta yang paling menguntungkan adalah sabar, Teman yang paling akrab adalah Amal, Pengawal pribadi yang paling waspada adalah diam, bahasa yang paling manis itu adalah senyum dan ibadah yang paling indah tentunya Khusyuk” tentu saja petikan kalimat diatas memberikan pesan yang sangat baik dalam menjalani kehidupan ini. Di Pos ini tidak terdapat sumber air sehingga sangat jarang ada pendaki yang melakukan came di pos sini.
Menuju Pos V

                Medan perjalanan menuju pos V dari pos IV memiliki kesamaan yakni dikelilingi vegetasi hutan khas tropis yang lebat, Namun perjalanan menuju pos V menggunakan waktu yang cukup lama yakni 1 jam dibandingkan jarak tempuh antara pos III ke pos IV. Semakin mendaki menuju pos V suhu semakin rendah dan dingin. Tepat pukul 18.10 WITA tim tiba di POS V. Pos V memiliki tinggi elevasi 2165 mDPL. Karena keterbatasan Headlamp sementara hari mentari mulai hilang diperaduannya. Ditambah beberapa anggota tim mulai kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk came di Pos Ini. Pelajaran yang saya dapat dari Hal ini adalah jangan pernah melanjutkan perjalanan dikala kita sedang mengalami keraguan dan selalu memperhatikan kelengkapan anggota tim sebelum mendaki karena bisa jadi karena kurangnya kelengkapan pribadi seperti Headlamp menyebabkan perjalanan menjadi terganggu. 


Suasana di POS V


Beberapa Anggota tim sedang mendirikan Tenda
                Keputusan untuk came di pos ini menurut saya adalah Hal yang tepat dimana di pos ini karena selain lokasi perkemahan yang cukup luas didaerah ini juga terdapat sumber air yang cukup dekat dengan lokasi perkemahan. Karena suhu sangatlah dingin maka beberapa anggota tim kami mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menghalau suasana dingin ini meskipun beberapa dari kami mengenakan pakaian seadanya tanpa kedinginan, mungkin karena kebiasaan. Setelah istirahat sejenak, Korlap Kami segera membagi tugas, Ada bertugas mengambil air, mendirikan tenda, menyiapkan pembakaran,dan ada yang bertugas memasak untuk keperluan makan tim, kebetulan perut kami sudah terasa sangat lapar. Sambil menunggu makan malam saya menyempatkan diri untuk shalat magrib, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa “apa yang kulalui hari ini sangat kusykuri, betapa luas alam yang engkau miliki, betapa kecilnya diriku terasa, namun kenapa masih ada manusia yang merasa sangatlah besar lagi sombong?”.
                Bermalam di pos V bukan hanya dilakukan oleh Tim kami. Namun juga beberapa pendaki yang lain juga menyempatkan diri untuk came di sini. Ketika selesai makan malam, kami menyempatkan diri untuk berdiskusi dan bercengkama sesame anggota tim di depan unggung, sesekali diselingi sorak tawa dan canda. Setelah puas, kami pun bersiap di tenda masing-masing, pertama-tama masih terdengar bisik-bisik suara, namun seketika semua menjadi hening ditelan oleh kegelapan malam. Karena lelah dan kantuk akhirnya suhu dingin menjadi tak terasa.


Suasana pagi di POS V
                Tak terasa mentari sudah berada diufuk timur seraya menyambut senyum kami. Dengan penuh semangat pun segera kami bergegas mempersiapkan segala kebutuhan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah sarapan, membereskan perlengkapan perkemahan tak lupa kami mengabadikan moment yang terjadi di POS Ini.



Bersiap-siap melanjutkan perjalanan

Foto bersama tim Sebelum menuju POS VI

Oh iya, ada yang hampir terlupa. Seperti ditulisan sebelumnya dimana ada tugu penanda pos maka disitupula pasti ada pesan. Kali ini pesannya berbunyi “ kehidupan Manusia baik dan buruk adalah perbuatan manusia itu sendiri” kalimat tersebut seakan menyindir kita semua, tidakkah kita sadar bahwa sebenarnya bumi ini diciptakan begitu sempurna oleh sang pencipta, namun karena keserakahan kita bumi ini pun menjadi rusak, lihatlah dimana-mana terjadi pencemaran lingkungan, dimana-mana bencanabanjir dan longsor. semua itu takkan pernah terjadi jika itu bukan ulah kita. OLehnya sudah sepantasnya kita diwajibkan untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan. “ Save Earth Now fo better life”.

Menuju Pos VI

Terlepas dari Pos V menuju pos 6 perjalanan mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan melewati Pohon-pohon yg tumbang dan kering karena pepohonan di sini habis terbakar. Medan terjal dan berbatu. Sebaiknya jika mendaki malam hari perlu berhati-hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak begitu terlihat.


                Masih perjalanan menuju pos VI. melewati bukit berbatu yang dikelilingi banyak tumbuhan jenis paku-pakuan, setelah itu mulai didapatkan vegetasi unik dengan daun lancip, berukuran kecil, berwarna merah. Entah pohon ini namanya apa yang jelas ketika digosokkan ke tangan baunnya seperti minyak gosok. Mungkin ini adalah salah satu bahan pembuatan minyak gosok, sangat unik karena hanya dapat tumbuh di tempat yang tinggi dan memiliki suhu lembab.

Setelah kurang lebih 1 jam berjalan tepat pukul 09.10 WITA kami tiba di posko 6. Pos VI memiliki tinggi elevasi 1713 mDPL, Pesan pada tugu di POS VI ini adalah “ Merubah wajah tidak akan merubah apapun namun menghadapi perubahan apapun dapat merubah segalanya”. Kira-kira makna dan kalimat tersebut kita tidak boleh menghindari masalah dengan lari dari permasalahan tersebut namun yang kita perlukan adalah berani melawan dan menyelesaikan masalah tersebut, kira-kira seperti itu. Setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan menuju pos VII.
Menuju Pos VII

                Selepas pos VI menuju pos VII maka kita akan disambut dengan vegetasi pohon lebat yang dipenuhi tumbuhan lumut. Perjalanan akan mendaki seterusnya hingga mendapatkan bebatuan dipuncak bukit. Kemudian menurun sedikit dan mendapati pos VII


                Yang menarik di Pos VII adalah pemandangan alam yang sangat indah dan terbuka. Namun Dipos 7 inilah juga sering terjadi badai sehingga pendaki perlu berhati-hati. Seakan tidak mau ketinggalan moment kami mengabadikan beberapa gambar di pos ini.

Panorama di Pos 7
Pos VII ini memiliki tingkat elevasi 2548 mDPL. Adapun Pesan pada Pos ini yaitu “ Sadarilah bahwa mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh segera bertindak!.

Menuju Pos VIII


Menuju pos 8 jalur daripos 7 mulai naik turun, sisi jalan terjal dan berjurang sehingga pendaki disarankan untuk selalu berhati-hati. Dijalur ini mulai terlihat bekas longsoran dari gunung bawakaraeng. Biasanya dijalur ini juga banyak pendaki yang mengalami dehidrasi atau kehilangan banyak cairan tubuh. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber menyebutkan di sepanjang jalur ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In-memoriam pendaki yg tewas.
Setelah perjalanan melewati beberapa bukit dengan jalur menurun, maka  Tibalah kita di Pos 8. Waktu menunjukkan pukul 11.30 WITA ketika tim tiba dipos ini, dipos ini tersedia mata air sehingga tidak jarang banyak pendaki yang memutuskan bermalam disini baru keesokan paginya menuju puncak Bawakaraeng. Pemandangan rumput savana dan puncak Bawakaraeng terlihat dari pos 8 ini, lantaran kabut tebal suhu di pos ini sangatlah dingin.

Pos 8 ini memiliki ketinggian atau elevasi 2442 mDPL. Seakan mengambarkan hambatan-hambatan yang terjadi selama perjalanan ditugu dipos ini pun berkata bahwa “Ada kesuksesan dibalik keputusan-keputusan yang sulit untuk diambil”. Di sisi sungai ini, kami menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak, sesekali terdengar canda dan tawa di tim kami ini. Setelah merasa cukup akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan ini.

Menuju pos IX
                Setelah berjalan kurang lebih 1 jam dari pos 8 dengan melewati beberapa vegetasi yang berbeda akhirnya sampailah kami di pos 9. Saat ini waktu menunjukkan pukul 13.26 WITA. Dikarenakan pada saat perjalanan menuju pos 9 kami bertemu dengan beberapa pendaki yang sudah turun dari puncak yang mengiinformasikan bahwa sangat sedikit lokasi untuk mendirikan tenda dikarenakan banyak ditempati oleh pendaki lain yang terlebih dahulu sampai dipuncak gunung. Selain itu kondisi dipuncak, diperparah oleh kondisi angin yang kencang dan kondisi air yang keruh, Akhirnya kami memutuskan untuk came di Pos 9. Pos 9 termasuk salah satu pos yang cukup aman untuk came, selain sumber air yang bersih dan dekat juga pos ini aman dari pengaruh angin kencang dikarenakan terhalangi oleh pepohonan.

         Setelah mendirikan tenda, kami pun menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh anggota tim. Menu makanan siang ini adalah sayuran, nasi dan cumi goreng, mungkin karena lapar sehingga menghitung menit saja makanan yang disajikan sudah terlelap habis. Setelah beristirahat sejenak tepat pukul 17.00 WITA kami bergegas menuju puncak


Menuju pos 10.
Pos 10 adalah Puncak Gunung Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak bawakaraeng, tidaklah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki namun di sisi perjalanan kita disajikan dengan pemandangan menabjubkan. Setelah menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan, maka akan tiba di Puncak Bawakaraeng.
 Pada saat tiba dipuncak, semua seakan terbayarkan. Lelah, letih semua seakan sirna seketika. Jalanan terjal berbatu ibarat rintangan menuju surga alam ini. Pemandangan begitu indah, awan bergumpal, angina berhembus, mentari kemerahan… Rasanya ingin berteriak kencang menembus sisi cakrawala, melepas semua lelah.."Ahhhh "Inilah Moment yang tak terlupakan  Alhamdulillah terimah kasih Ya Allah.. Sungguh besar ciptaanmu. Tak ingi kehilangan moment kami pun menyempatkan diri untuk berfose bersama tim. Semua karena kerjasama tim, sehingga berbagai rintangan dapat dilalui dan pada akhirnya kita semua berada di negeri diatas awan, Negeri Bumi Bawakaraeng.





                Akhirnya setelah mentari menghilang diperaduannya, kami tim ekspedisi ini pun pamit segera beranjak dari puncak gunung bawakaraeng menuju lokasi perkemahan kami. Dalam hatiku masih tersimpan rasa untuk mendatangi tempat ini lagi, tempat yang begitu indah, tempat dimana garis-garis cakrawala terlihat dengan sangat jelas, tempat dimana seluruh impian dapat tercapai. Semoga teman-teman yang membaca blog ini juga dapat menyaksikan secara langsung pesona di puncak gunung bawakaraeng. Ini bukan akhir perjalananku tapi ini adalah awal hidupku untuk terus menjelajah.
 Belajar mencintai alam dan membuka Mata dan Hati untuk selalu menjaga kelestarian alam ini. Aminn. Salam Damai Bumiku..