Selasa, 13 November 2012

Karya Tulis Kemaritiman Pengembangan Usaha Mikro Budidaya Teripang (Holuthuria sp) dan Penggunaan Alat Safety Dive SCUBA (Self-Contained Underwater Breating Apparatus) sebagai Wujud Kepedulian Sosial terhadap Nelayan Penyelam Kompresor di Pulau Barrang Lompo, Makassar


A.  JUDUL

Pengembangan Usaha Mikro Budidaya Teripang (Holuthuria sp) dan Penggunaan Alat Safety Dive SCUBA (Self-Contained Underwater Breating Apparatus) sebagai Wujud Kepedulian Sosial terhadap Nelayan Penyelam Kompresor di Pulau Barrang Lompo, Makassar

B.  LATAR BELAKANG MASALAH

Nelayan adalah istilah bagi orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau organismeperairan lainnya. Nelayan padaumumnya menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap.Salah satu organisme perairan yang memiliki nilai ekonomi dan komersial yang tinggi adalah teripang sehingga banyak nelayan penangkap ikan yang kemudian beralih profesi menjadi nelayan pencari teripang. Teripang merupakan organisme perairan yang penyebarannya hampir merata di seluruh  perairan Indonesia. Salah satu wilayah yang terkenal sebagai nelayan pencari teripang adalah Nelayan Pulau Barrang Lompo, Sulawesi Selatan.
Sejak tahun 1970-an, masyarakat pulau Barrang Lompoterlibat dalam penangkapan teripang untuk mencari teripang kualitas tinggi di seluruh wilayah  Indonesia Timur dan sekitarnya, sebagian besar perdagangan teripang berpusat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Teripang umumnya diekspor ke Luar Negeri untuk diolah menjadi bahan makanan dan obat-obatan. Dewasa ini, dengan semakin banyaknya permintaan akan teripang maka stok teripang dari alam juga mengalami penurunan yang signifikan sehingga diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi ketergantungan terhadap sumberdaya alam Teripang dari alam.
Untuk menangkap teripang, Nelayan pencari teripang harus menyelam ke dalam perairan dengan menggunakan kompresor kemudian mengambil langsung dengan tangan.Kurangnya pengetahuan keamanan menyelam (safety dive) pada nelayan menyebabkan kompresor menjadi pilihan terbaik untuk menyelam sehingga banyak nelayan yang akhirnya mengalami keracunan akibat penumpukan gas-gas beracun yang bersumber dari kompresor.Penyelam yang memanfaatkan bantuan udara melalui kompresor lebih berisiko terkena keracunan nitrogen (decompression sickness) maupun nitrogen narcosis yakni penyakit dekompresi pada penyelam akibat terlalu lama berada di air pada kedalaman tertentu.Akibatnya adalah nyeri otot sendi dan tulang hingga kelumpuhan dan kematian. Selain itu pada banyak kasus, nelayan teripang mengalami kelumpuhan bahkan akhirnya mengalami kematian pada saat menyelam sehingga banyak  nelayan yang terpaksa kehilangan anggota keluarganya. Hal ini tentu menjadi beban hidup dimana umumnya keluarga yang ditinggalkan berada dalam kondisi miskin.Berdasarkan Fenomena tersebut, maka lahirlah insiatif yakni pengembangan Usaha Mikro Budidaya Teripang dalam mengurangi ketergantungan terhadap stok teripang di alam serta Penggunaan Alat Safety Dive SCUBA (Self-Contained Underwater Breating Apparatus) sebagai wujud kepedulian terhadap nelayan penyelam kompresor di Pulau Barrang Lompo”.

C.  PERUMUSAN MASALAH
            Adapun rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.   Berkurangnya stok sumberdaya Teripang akibat pemanfaatan yang terus-menerus.
2.   Penggunaan Kompresor sebagai alat untuk menyelam sehingga kebanyakan nelayan mengalami masalah kesehatan seperti keracunan Nitrogen dan Dekompresi.

D.  TUJUAN

Tujuan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan Informasi mengenai pengembangan usaha mikro budidaya teripang dalam mengatasi ketergantungan stok terhadap sumberdaya alam.
2.    Memberikan Penjelasan mengenai pentingnya Safety dive/ keamanan menyelam bagi nelayan kompresorserta bahaya dari penggunaan kompresor.
3.    Sebagai dorongan bagi pengambil kebijakan untukmemperhatikan nasib nelayan pencari teripang di Pulau Barrang Lompo

 E.     LUARAN YANG DIHARAPKAN
Karya tulis ini memiliki target luaran sebagai berikut :
·        Masyarakat proses budidaya teripang dalam mengatasi ketergantungan terhadap sumberdaya alam
·        Masyarakat memahami pentingnya Safety dive/ keamanan menyelam serta bahaya dari penggunaan kompresor.
Luaran Jangka panjang
·        Masyarakat melakukan proses budidaya teripang dan menggunakan peralatanSafety dive/ keamanan menyelam serta bahaya dari penggunaan kompresor.

F.        KEGUNAAN
       Karya tulis ini dapat memberi dorongan bagi pengambil kebijakan/pemerintah untuk memperhatikan nasib nelayan pencari teripang di Pulau Barrang Lompo sehingga Kesejahteraan nelayan semaking meningkat.

G.      TINJAUAN PUSTAKA

Pulau Barrang Lompo

Pulau Barrang Lompo merupakan pulau terbesar yang berada di kawasan Kepulauan Spermonde, terletak di wilayah Kecamatan Ujung Tanah sekitar 12 kilometer sebelah barat Kota Makassar. Pulau Barrang Lompo memiliki luas 8,9 hektar dengan jumlah penduduk 5.000 jiwa yang berasal dari berbagai suku di Sulawesi Selatan. Untuk menjangkau pulau ini dari Dermaga Kayu Bangkoang Kota Makassar dapat ditempuh perjalanan sekitar satu jam dengan menggunakan perahu motor. Sekitar 90%, mata pencaharian penduduk pulau ini sebagai nelayan, sisanya bekerja disektor lain(dekranasda kota Makassar, 2012).

Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibanding pulau lainnya, tersedia transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal motor.sanitasi yang cukup baik, fasilitas pendidikan : 1 buah Taman Kanak-kanak (TK), dan 2 buah Sekolah Dasar. Pulau ini dilengkapi juga dengan fasilitas Instalasi listrik dengan 2 generator yang berkapasitas 360 KVA yang beroperasi pada pukul 18.00 – 06.00 WITA. Jalan-jalan utama dibuat dari paving blok. Fasilitas air yang baik dan memiliki 2 buah dermaga yaitu tradisional dan semi permanen (dekranasda kotaMakassar, 2012).

Teripang
Teripang merupakan hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan.Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur (Nontji,1993).
Teripang telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh bangsa Cina. Sejak Dinasti Ming, teripang telah dijadikan hidangan istimewa pada perayaan, pesta, dan hari-hari besar serta disebut-sebut pula mempunyai khasiat pengobatan untuk beberapa penyakit. Di negara tersebut, dilaporkan bahwa secara medis tubuh dan kulit teripang jenis Stichopus japomcus berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah, anemia, anti-inflamasi, dan mencegah arteriosklerosis serta penuaan jaringan tubuh. Di samping itu, ekstrak mumi dari teripang mempunyai kecenderungan menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn dengan kadar 6,25 - 25 mikrogram/mililiter. Di Indonesia sendiri, teripang telah dimanfaatkan cukup lama terutama oleh masyarakat di sekitar pantai sebagai bahan makanan. Untuk konsumsi pasaran internasional, biasanya teripang diperdagangkan dalam bentuk daging dan kulit kering (Awaluddin,2011).
Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam.Untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang.Pada umumnya, masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik.Misalnya, teripang putih banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir campur lumpur di kedalaman 1 - 40 m. Sering pula ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak ditumbuhi ilalang laut (lamun). Sedangkan teripang koro dan teripang pandan banyak ditemukan di perairan yang lebih dalam (Awaluddin,2011).
Di habitatnya, ada jenis teripang yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri).Misalnya, teripang putih membentuk kelompok antara 3 - 10 ekor dan Holothuria nobilis hidup berkelompok antara 10 - 30 ekor.Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (sisa-sisa pembusukan bahan organik), diatomae, protozoa, nematoda, algafilamen, kopepoda, ostrakoda, dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah radiolaria, foraminifera, partikel-partikel pasir ataupun hancuran-hancuran karang, dan cangkang-cangkang hewan lainnya (Awaluddin,2011).
Terdapat 29 jenis teripang yang saat ini menjadi komoditas perdagangan global. Di Pulau Barrang Lompo harga teripang per kilogram berkisar antara 350 ribu sampai dengan 1,5 juta rupiah. Teripang umumnya dikelompokkan menjadi empat katagori berdasarkan nilai-nilai komersial. Genera yang paling umum adalah Euapta, Synapta, Synaptula atau Opheodesoma, spesies lainnya termasuk teripang berduri (Colochirus quadrangularis), teripang laut kuning (Colochirus robustus) dan apel laut (Pseudocolochirus violaceaus) Famili Cucumariidae. Total hasil tangkapan teripang di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 184 ribu ton. Saat ini teripang Indonesia diekspor sebesar 2600 ton per tahun dalam bentuk kering, konoko (gonad kering) dan konowata (usus asin) (Anonim,2010).
Kompresor sebagai alat bantu penyelaman
Mesin kompresor sebagai penyuplai udara dari permuakaan laut, selang sepanjang 100 meter sebagai media penyuplai udara pernafasan  penyelam.  Pengunaan alat bantu dan teknik penyelaman yang jauh dari  standar keselamatan   penyelaman  dapat mengakibatban resiko yang sangat besar, selain pengunaan kompresor  yang  tidak bisa dideteksi kandungan oksigen dan nitrogen serta cara penyelaman yang sangat ekstrim lebih dari 60 meter  yang di iringi teknik penyelam naik  dan turun kelaut, menyebabkan banyak  penyelam  yang mengalami dekompresi atau keracunan nitrogen. karena  nitrogen dalam tubuh tidak terbuang  dan nitrogen terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf  yang berpengaruh  terhadap kinerja saraf otot - otot  yang mengakibat kelumpuhan bahkan kematian (anonym, 2012).

H.    METODE PENULISAN

Metode penulisan dalam karya tulis ini bersifat kajian pustaka atau library research.Datayang diperoleh disajikan secara deskriptif yang disertai dengan analisis sehingga menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

I.       HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejak tahun 1960-an, masyarakat Barrang Lompo bekerja sebagai nelayan pencari Teripang.Namun pada tahun 1970-ansetelah masyarakat mengetahui nilai komersial dan pangsa pasarteripang yang menggiurkan,masyarakat di pulau ini serentak beralih dari nelayan ikan ke nelayan teripang. Di balik kesuksesan masyarakat Pulau Barrang Lompo dalam mendulang harta melalui teripang kontradiktif dengan resikokematian yang mengintai karena profesi sebagai nelayan penyelam teripang. Nelayan Teripang biasanya menggunakan kapal perahu jolloro/kapal motor ukuran sedang berkapasitas tiga ton yang kebanyakan milik para punggawa nelayan teripang. Satu kapal biasanya di isi dengan satu nahkoda kapal dan 3-6 penyelam serta 3 anggota di bagian dek mesin kapal.
Untuk mencari teripang nelayan melakukan penyelaman secara tradisional dengan menggunakan kompresor serta peralatan menyelam yang sederhana.Kurangnya berpendidikan dan pengetahuan akansafety dive/keamanan menyelam sehingga mereka nekat menyelam dengan menggunakan kompresor sebagai alat penyuplai oksigen untuk bernapas saat menyelam. Padahal Kompresor selama ini hanya dipergunakan untuk pengisi angin pada ban kendaraan. Udara dari kompresor tersebut dihirup setelah disambungkan dengan selang sepanjang 100 -150 meter pada kedalaman 25 meter hingga 35 meter.
Kompresor tersebut disambungkan dengan selangyang  digunakan tiga orang penyelam sekaligus dengan cara selang dipasang bercabang. Para penyelam menyelam sendiri-sendiri mencari teripang di pasir atau yang terapung sepanjang jangkauan selang mereka.Masing-masing penyelam hanya dilengkapi dengan masker atau penyuplai udara kompresor melalui mulut.Mereka juga menyelam tanpa menggunakan wetsut/ pakaian selam padahal menyelam hingga kedalaman 30 meter akan menyebabkan suhu air semakin dingin. Makanya para nelayan teripang pun mudah kehilangan panas tubuh sehingga penyelam kerap kali mengalami kesemutan atau kram.

 Penyelaman dengan Kompresor merupakan hal yang sangat berbahaya mengingat.Banyak nelayan tidak menggunakan metode keamanan menyelam, mereka hanya menggunakan kompresor tanpa menggunakan peralatan selam SCUBA yang umumnya digunakan. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat banyak nelayan meninggal, jumlahnya sudah mencapai 100 orang lebih karena menyelam hanya menggunakan kompresor  yang dapat menyebabkan keracunan pada tubuh serta menyelam pada kedalaman laut tanpa disertai peralatan menyelam yang memadai.Penyelam yang memanfaatkan bantuan udara melalui kompresor lebih berisiko terkena keracunan nitrogen (decompression sickness) maupun nitrogen narcosis yakni penyakit dekompresi pada penyelam akibat terlalu lama berada di air pada kedalaman tertentu.Akibatnya adalah nyeri otot sendi dan tulang hingga kelumpuhan dan kematian. Olehnya dibutuhkan  penyuluhan atau pengenalan alat Safety Dive SCUBA (Self-Contained Underwater Breating Apparatus) sebagai upaya untuk mengenalkan alat yang aman untuk digunakan menyelam.
Pengetahuan Safety dive sangatlah penting mengingat adanya perbedaan lingkungan sehingga seorang penyelam akan berhadapan dengan lingkungan yang baru yaitu air. Untuk itu diperlukan penyesuaian terhadap cairan, sehingga dibutuhkan suatu jenis peralatan sesuai dengan penggunaannya.Dengan demikian terciptalah berbagai peralatan untuk dapat menyesuaikan lingkungan cair tersebut. Peralatan selam SCUBA terbagi dua, peralatan dasar selam dan peralatan tambahan.Peralatan Dasar Selam meliputi : Masker, Snorkel, Fins & Boots, Rompi Apung, Pakaian Selam/Wet Suit, Sabuk Pemberat/Weight Belt, Pisau Selam, Sarung Tangan, Tas Selam/Gear Bag. Peralatan Tambahan meliputi  Peralatan Scuba, Pengukur Kedalaman (Depth Gauge), Kompas, Jam Selam, Cairan Antifog

SCUBA singkatan dari Self Contained Under Water Breathing Apparatus, yaitu peralatan mandiri untuk bernapas dalam air. Scuba mulai dikenal pada tahun 1943, diperkenalkan oleh seorang perwira Angkatan Laut Perancis yang bernama Jacques Cousteau dan seorang insinyur yaitu Emile Gagnan. Sistemnya dikenal dengan nama Aqualung. Aqua artinya air dan Lung adalah paru-paru.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyelam  sebagai berikut :
·        Tekanan lingkungan (ambien preassure)
Tekanan didefinisikan sebagai suatu daya atau tenaga per bidang satuan dan biasa disebut dalam pound per inci (psi) dan atmosfir (ATM).Alasan mengapa seorang penyelam mengalami ketidaknyamanan atau rasa sakit pada telinga setelah menyelam pada kedalaman lebih dari 10 kaki (3 meter) adalah karena adanya perubahan tekanan. Dipermukaaan laut tekanan Atmosfir adalah 14,7 pound per inci persegi (psi) (1 Bar). Tubuh manusia terbentuk kira-kira 70 % Volume cairan dan sekitar 30 %  zat padat dan gas. Cairan dan zat padat tidak dapat dimampatkan.Manusia memiliki bagian-bagian tubuh yang berisi gas termasuk sinus, rongga telinga dan paru paru.Pada kedalaman 33 kaki (10 meter), dimana tubuh mendapat tekanan dua atmosfir (tanpa penyesuaian tekanan) volume ruang udara fleksibel tubuh berkurang setengahnya.
Tabel.1 Perubahan tekanan dalam air
Kedalaman
Kaki/meter
ATM
Tekanan
Ambien
PSI/Bar
Volume
Kontainer yang tertutup
Kepadatan
Gas
0/0
1
14,7/1
1
1x
33/10
2
29,4/2
½
2x
66/20
3
44,1/3
1/3
3x
99/30
4
58,8/4
¼
4x
Organ tubuh yang rentan mengalami cedera akibat perubahan tekanan air
·      Telinga/ ear squaeeze
Gendang telinga berfungsi sebagai pelindung antara air dengan udara.Tertekannya gendang telinga (ear squaeeze) terjadi tekanan air sewaktu tekanan air kedalam rongga telinga lebih besar daripada tekanan udara ke dalam rongga telinga.Jika tekanan pada telinga tidak sesuaikan maka dapat mengakibatkan cedera.Pecahnya gendang telinga dapat diakibatkan oleh tidak seimbangnya tekanan dalam telinga.Gejala- gejala pada telinga mencakup rasa sakit pada telinga, pusing, mual dan kesulitan mendengar.
·      Sinus /Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Saluran dalam rongga hidung biasanya terbuka. Rongga hidung biasanya akan menyesuaikan sendiri tekanan tekanan didalamnya selama salurannya terbuka. Mekanismenya pada saat turun ke dalam air. Jika terdapat sumbatan pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze..Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
·      Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)
Penyakit Dekompresi adalah suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap diver.Secara sederhana dekompresi didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setela h menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Akibat dari kondisi tersebut maka timbul gejala yang mirip sekali dengan stroke, dimana akan timbul gejala-gejala seperti mati rasa (numbness), paralysis (kelumpuhan), bahkan kehilangan kesadaran yang bisa menyebabkan meninggal dunia.
Masalah lain adalah berkurangnya stok budidaya teripang sehingga diperlukan usaha Mikro budidaya teripang.
Adapun tahapan pada budidaya teripang antara lain :
a.      Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budidaya.Selain itu, beberapa pertimbangan bioekologi, sosial ekonomi, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku juga harus dipenuhi agar kemungkinan timbulnya beberapa hambatan/masalah di kemudian hari bisa diantisipasi sedini mungkin. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Lokasi terlindung
Lokasi budi daya harus terlindung dari pengaruh arus, gelombang, maupun angin yang besar. Arus, gelombang, atau angin yang besar akan merusak sarana budi daya serta menyulitkan dalam pengelolaan budidaya. Lokasi yang terlindung dari pengaruh seperti ini biasa diketemukan di perairan teluk, laguna, atau perairan terbuka yang terlindung oleh gugusan pulau atau karang penghalang.
2) Kedalaman air
Kedalaman air di lokasi budidaya sebaiknya berkisar antara 0,5 - 1 m dihitung pada waktu surut terendah, sedangkan pada pasang tertinggi kedalaman perairan sebaiknya tidak lebih dari 2 m. Hal ini untuk menghindarkan teripang dari kekeringan atau kenaikan suhu air yang dapat mengganggu kehidupannya.
3) Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya landai, terdiri dari pasir dan pecahan-pecahan karang, berlumpur, dan banyak ditumbuhi ilalang laut/lamun serta rumput laut.Karang, ilalang laut, serta rumput laut ini selain berfungsi sebagai pelindung, juga berfungsi sebagai perangkap makanan untuk teripang.
4) Perairan jernih
Perairan harus jernih, bebas pencemaran dengan nilai kecerahan 50 - 150 cm yang diukur dengan piring seicchi.
5) Kualitas air
Lokasi budidaya yang dipilih sebaiknya mempunyai kisaran suhu air 24 - 30°C, kadar garam 28 - 32 ppt, pH air 6,5 - 8,5, oksigen terlarut 4 - 8 ppm, dan mempunyai gerakan air cukup (kecepatan arus 0,3 - 0,5 m/detik).
6) Ketersediaan benih
Benih merupakan salah satu faktor produksi yang cukup penting.Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan budidaya teripang, harus tersedia benih yang cukup baik kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas.Lokasi budidaya sebaiknya dekat dengan sumber benih atau lokasi itu memiliki benih alami.Terdapatnya benih alami di lokasi itu merupakan petunjuk bahwa lokasi itu cocok untuk tempat budidaya. Di samping itu, kualitas benih akan terjaga tidak mengalami stress karena penanganan dan pengangkutan dan tidak perlu lagi biaya untuk pengangkutan.
b.      Desain dan Konstruksi Sarana Budi Daya
Pada dasarnya metode budidaya teripang ialah membatasi areal di laut untuk luasan tertentu agar teripang yang dipelihara terkurung di dalamnya, tidak dapat meloloskan diri dan tidak mendapat serangan hama. Dengan demikian, tambak yang tidak produktif asalkan kondisi air dan tanahnya memenuhi syarat untuk kehidupan teripang dapat pula digunakan sebagai tempat budidaya.Metode budidaya teripang tidak jauh berbeda dengan metode budidaya kerang-kerangan, misalnya kerang darah atau kerang bulu, yang dikenal dengan metode pen culture kurungan tancap atau kurungan pagar.
Desain dan konstruksi kurungan pagar umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan kurungan pagar yang dipergunakan yaitu kurungan pagar dari bambu dan kurungan pagar dari jaring.

c.       Penyediaan Benih
Benih teripang dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu benih alami yang dikumpulkan dari alam dan benih hasil pembenihan buatan di hatchery (panti benih).
d.      Panen
Pemanenan teripang sebaiknya dilakukan pada waktu air surut, yaitu pada pagi hari sebelum teripang membenamkan diri ke pasir.Panen dapat dilakukan dengan memungut langsung teripang yang sudah berukuran besar dan memenuhi ukuran konsumsi.Hasil panen ditampung dalam wadah, seperti tong plastik atau ember. Pada waktu pemanenan diusahakan tubuh teripang jangan sampai terluka, karena akan mempengaruhi harga jualnya nanti. Hasil panen segera dibawa ke tempat pengolahan, karena teripang merupakan salah satu hasil perikanan yang cepat busuk.

J.    KESIMPULAN
Dengan adanya Pengembangan Usaha Mikro Budidaya Teripang (Holuthuria sp) akan mengurangi ketergantungan terhadap Stok sumberdaya Teripang akibat pemanfaatan yang terus-menerus dan Penggunaan Alat Safety Dive SCUBA (Self-Contained Underwater Breating Apparatus) juga akan mengurangi Penggunaan Kompresor sebagai alat untuk menyelam sehingga kebanyakan nelayan akan terhindar dari masalah kesehatan seperti keracunan Nitrogen dan Dekompresi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Available at :http://id.wikipedia.org/wiki/Teripang
Awaluddin. 2011. Budidaya Teripang .
Kompasiana, 2011. Lorong Janda Barrang lompo Available at :http://unik.kompasiana.com/2011/02/28/lorong-janda-barang-lompo/
Makassar Diving. 2006. Penyelam Perairan Terbuka. SSI
NOAA Diving Manual.Revised 2008.Diving For Science and Technology USN Diving Manual 6th edition. POSSI Jawa Tengah.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Djambatan.Djakarta.

                                                               
Biodata Ketua Dan Anggota Kelompok
1.      Ketua Pelaksana
a.    Nama Lengkap                               : Muhammad Nur
a.       Nim/Angkatan                               : L21109 265
b.   Fak/Jurusan                                    : FIKP/ Perikanan
c.    Tempat dan Tanggal Lahir            : Bone, 24 Desember 1990
d.   Karya Ilmiah Yang pernah dibuat :
-            Pengembangan Kluster Industri Rumput Laut di Sulawesi Selatan
-            Lakkang Mangroves Island (LMI) sebagai green open spaces berbasis Mangrove Kota Makassar
-            Maritim Base Education, Upaya membangun kesadaran maritime melalui pengembangan Ekstrakurikuler kebahariaan di Indonesia.
-            Sekolah Pesisir Lakkang, Upaya pengenalan Nilai Kemaritiman sejak dini melalui metode pembelajaran ekologi.



Lampiran II

ANALISIS USAHA PEMBESARAN TERIPANG
Analisis usaha ini menggambarkan pembesaran teripang skala kecil dengan tempat berupa kurungan pagar dari bahan jaring.Luas lahan sekitar (20 x 20) m2 dengan waktu pemeliharaan sekitar enam bulan.Gambaran dari tiap jenTs kegiatan dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.
A. Modal Tetap
1. Pembuatan kurungan pagar
- Jaring/waring 80 m (@ Rp 2.500,00)                    =   Rp 200.000,00
- balok10 bh (@ Rp 11.000,00)                                = Rp 110.000,00
- Patok kayu 80 bh (@ Rp 1.000,00)                        =  Rp 80.000,00
- Gergaji kayu 1 bh (@ Rp 5.500,00)                        = Rp 11.000,00
- Parang 1 bh (@ Rp 7.000,00)                                 =  Rp   7.000,00
- Sekop 1 bh (@ Rp 55.000,00)                                 =  Rp 55.000,00
- Palu 1 bh (@ Rp, 12.000,00)                                    =  Rp  12.000,00
- Tali ris polyethylene 10 kg (@ Rp 1.500,00)          =  Rp 45.000,00
- Tali jaring 3 kg (@ Rp 4.500,00)                            =  Rp 13.500,00
- Pengurusan izin dan lain-lain Rp 75.000,00            = Rp 75.000,00
                                                                       Total     =567.500,00
2. Peralatan pengolahan
- Wadah penampungan hasil panen 1bh (@ Rp12.000.00)        =   Rp 12.000,00
- Ember plastik 1 bh (@ Rp 8.500.00)                                       =  Rp   8.500,00
- Wadah perebusan (pand) 1 bh (@ Rp 10.000,00)                  =  Rp 20.000,00
- Pisau 1 bh (@ Rp 5.000,00)                                                    = Rp   5.000,00
- Alat pengasap 1 bh (@ Rp 25.000,00)                                    = Rp 25.000,00
- Para-para penjemuran 1 unit (@ Rp 25.000,00)                     = Rp 25.000,00
                                                                                       Total   =94.000,00
B.  Modal Kerja
1. Pembesaran
- Bibit 4.000 ekor (@ Rp l50,00)                                                 = Rp 600.000,00
- Pakan 1.000 kg (@ Rp 100.00)                                                  = Rp 100.000,00
- Upah kerja pembuatan kurungan pagar                              =Rp   50.000,00
- Penyusutan kurungan pagar Rp 75.000,00                                 = Rp 75.000,00
                                                                             Total  biaya  =825000,00
2. Pengolahan
- Garam 7,5 kg (@ Rp1000,00)                                       = Rp  7.500,00
- Kayu bakar                                                           = Rp 20.000,00
- Upah kerja                                                            = Rp 50.000,00
- Penyusutan alat pengolahan Rp 10.000,00                   = Rp 10.000,00
                                                                      Total biaya =875.000,00
C. Pendapatan Kotor
- Hasil panen
  (kering olahan) 160 kg (@ Rp20.000,00)                     Rp 3.200.000,00

D. Pendapatan Bersih Rp 1.660.000,00
Catatan :
- Luas lahan pembesaran (20 m x 20  m) = 400 m2)
- Kelulusan hidup teripang 80 %
- Penyusutan berat basah menjadi kering 80 %
- Masa pemeliharaan 6 - 7 bulan

E. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Pendapatan Kotor B/C
Modal Produksi
        Rp 3.200.000,00   / Rp 1.574.000,00
                                    = 2,03
Dari analisis usaha tersebut dapat dilihat bahwa dengan modal Rp 1.574.000,00 akan diperoleh pendapatan kotor hasil penjualan teripang kering olahan sebesar 2,03 kali jumlah modal. Usaha ini dianggap layak karena B/C Ratio-nya lebih besar dari satu.
Sumber : Penebar swadaya