Rotifer merupakan salah satu pakan alami larva ikan yang digunakan para pembudidaya ikan. Rotifer termasuk kedalam filum invetrebrata yang lebih dan secara dekat dikaitkan dengan cacing gelang (nematoda). Ada tiga kelas Rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea, Monogononta, kelas dimana terdapat Branchionus plicatilis, calyciflorus, dan rubens. Kelas Monogononta memiliki sirklus hidup partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual. Sebagian masa hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan tertentu kelompok ini dapat melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara serentak. faktor-faktor yang menentukan jenis kelamin masih belum dipahami namun faktor makanan, tidak adanya stress fisiologis dan juga genetik memainkan peranan yang penting dalam hal ini.
Rotifer-rotifer dalam kelas monogononta memiliki susunan morfologi yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Pergerakannya dilakukan oleh sekumpulan silia yang membudar di sekitar bagian kepala yang disebut corona. Kulit luar yang keras menutupi tubuhnya disebut lorica memberikan Rotifer bentuk tubuh yang jelas. Kadang-kadang lorica memiliki duri anterior dan posterior yang berfungsi sebagai pertahanan diri dari predator atau sebgai alat pengapung. Rotifer tersusun atas kurang lebih 950 sel, memiliki system saraf, pencernaan, ekskresi dan reproduksi yang sangat khusus. Kaki yang memanjang pada bagian posterior digunakan untuk melekat (Suminto, 2005). Rotifer memiliki masa hidup yang tidak terlalu lama. Usia betina pada suhu 25◦C adalah antara 6-8 hari sedangkan yang jantan hanya 2 hari. Rotifer memiliki toleransi salinitas mulai dari 1-60 ppt, perubahan salinitas yang tiba-tiba dapat mengakibatkan kematian. Salinitas diatas 35 ppt akan mencegah terjadinya reproduksi seksual. Pencegahan ini merupakan hal yang diinginkan dalam kultur missal disebabkan karena keberadaan individu jantan dan kista akan mengurangi tingkat pertumbuhan populasi rotifera. Intensitas cahaya yang baik untuk kehidupan rotifer yaitu 2000-5000 lux, pH berkisar 7,5 sampai 8,5, kosentrasi amoniak bebas tidak boleh lebih dari 1 ppm. Rotifera bereproduksi setiap 18 jam sekali. Fekunditas total untuk seekor betina secara aseksual dan dalam kondisi yang baik maka 20-25 individu baru. Kuntitas dan kualitas makanan memberikan peranan penting dalam pertubuhan rotifer. Rotifer memakan beraneka ragam mikroalga (Suminto, 2005).
Kista Rotifer dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga mampu bertahan selam beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Namun bedanya mereka ditutupi oleh cangkang yang keras serta mereka dapat bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika berada dalam lingkungan yang sesuai kista tersebut dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25◦C dengan pencahayaan yang cukup. Rotifer-ritifer yang menetas tidak digunakan langsung untuk pakan tetapi untuk inokulan untuk kultur massa. Setelah dikultur massa baru Rotifer-rotifer ini digunakan sebagai pakan alami untuk ikan. Rotifer digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu strain S dan L yang memiliki perbedaan ukuran, bentuk, duri anterior, dan suhu optimum. Strain S bentuknya cendrung bulat dengan panjang antara 150-220 µm, sedangakan strain L memiliki panjang 200-360 µm. Adanya perbedaan-perbedaan ukuran rotifer sebagai pakan alami menyesuaikan dengan ukuran mulut larva ikan (Suminto, 2005).
Branchionus sp ( Rotifera )
Menurut Isnanstyo dan Kurniastuty (1995), klasifikasi Branchionus sp adalah sebagai berikut :Phyllum : Avertebrata
Kelas : Aschelminthes
Sub-kelas : Rotaria
Sub-ordo : Eurotaria
Familia : Monogonanta
Sub-familia : Branchionidae
Genus : Branchionae
Spesies : Branchionus plicatilis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar