Jumat, 26 Agustus 2011

ikan tuna
               Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi. 
Biologi
           Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.[1]
           Aspek yang luar biasa dari fisiologi tuna adalah kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh 75-95 °F (24-35 °C), dalam air dingin bersuhu 43 °F (6 °C). Namun, tidak seperti makhluk endotermik seperti mamalia dan burung, ikan tuna tidak dapat mempertahankan suhu dalam kisaran yang relatif sempit.[2]
Tuna mampu melakukan hal tersebut dengan cara menghasilkan panas melalui proses metabolisme. Rete mirabile, jalinan pembuluh vena dan arteri yang berada di pinggiran tubuh, memindahkan panas dari darah vena ke darah arteri. Hal ini akan mengurangi pendinginan permukaan tubuh dan menjaga otot tetap hangat. Ini menyebabkan tuna mampu berenang lebih cepat dengan energi yang lebih sedikit.[2]

Jenis-jenis tuna

Ukuran maksimum jenis-jenis tuna
Ada lebih dari 48 spesies tuna. Marga Thunnus sendiri memiliki 9 spesies:
Seorang pemancing dengan tuna tangkapannya
          Di samping itu, masih ada beberapa anggota marga lain dari suku Scombridae yang juga digolongkan sebagai tuna:
  • Allothunnus fallai (Serventy, 1948).
  • Auxis rochei (Risso, 1810).
  • Auxis tongolis (Bonnaterre, 1788).
  • Auxis thazard (Lacepede, 1800), tongkol krai.
  • Euthynnus affinis (Cantor, 1849), tongkol como.
  • Euthynnus alletteratus (Rafinesque, 1810).
  • Euthynnus lineatus (Kishinouye, 1920).
  • Gymnosarda unicolor (Rüppell, 1836).
  • Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758), cakalang.
  • Thunnus lineaus (Temminck & Schlegel, 1844).

Etimologi

"Tuna" berasal dari perkataan Spanyol atún, dari bahasa Arab تن atau نون (tun/tunn), dari bahasa Latinthunnus, dari bahasa Yunani θύννος (thynnos).

 Penangkapan

Madidihang diberi es untuk mengawetkannya dalam pengangkutan. Palabuhanratu, Sukabumi
Tuna merupakan ikan komersial, komoditas perikanan tangkap yang penting. LSM International Seafood Sustainability Foundation telah menyusun laporan terinci mengenai stok ikan tuna dunia pada 2009, yang direvisi secara teratur. Menurut laporan itu,
“Jenis-jenis tuna yang terpenting untuk perikanan tangkap dan olahraga memancing adalah madidihang, tuna mata besar, tuna-tuna sirip biru dan tatihu, albakor, dan cakalang.
Antara 1940 dan pertengahan 1960an, tangkapan perikanan dunia terhadap lima spesies tuna terpenting telah meningkat dari angka sekitar 300 ribu menjadi sekitar sejuta ton pertahun, kebanyakan di antaranya dengan alat pancing. Dengan perkembangan teknologi alat tangkap pukat cincin (purse-seine), dalam beberapa tahun terakhir tangkapan tuna melonjak hingga lebih dari 4 juta ton pertahun. Sekitar 68 persen dari angka tersebut berasal dari Samudra Pasifik, 22 persen dari Samudra Hindia, dan 10 persen sisanya terbagi antara Samudra Atlantik dan Laut Tengah. Tangkapan cakalangmadidihang (24%), mata besar (10%) dan albakorlongline), 11% dengan pancing huhate (pole and line), selebihnya dengan alat lain-lain.”[3] mendominasi hingga 60% tangkapan, diikuti oleh (5%). Sekitar 62% produksi dunia ditangkap dengan menggunakan pukat cincin, sebesar 14% dengan menggunakan pancing rawai tuna (
Pada 2006 Pemerintah Australia menuduh bahwa Jepang telah memanen tuna secara berlebihan (overfishing) dan ilegal, dengan menangkap 12–20 ribu ton pertahun, jauh di atas kuota yang disepakati sebesar 6 ribu ton pertahun. Nilai kelebihan tangkapan itu ditaksir mencapai 2 milyar dolar (Amerika).[4][ Kelebihan penangkapan itulah yang diduga telah merusak stok tuna sirip biru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar