Rabu, 10 Desember 2014

Peranan Penginderaan Jarak Jauh (remote sensing) dalam Pemantauan Ekosistem Perairan


Teknologi penginderaan jauh (inderaja) dan sistem informasi geografi (SIG) merupakan teknologi baru yang sangat bermanfaat dalam pengelolaan sumberdaya perairan. Di Indonesia pemanfaatan teknologi ini terbilang masih sangat terbatas, terbatas dalam hal sarana dan prasana maupun dari segi sumberdaya manusianya. Padahal Indonesia sebagai daerah tropis mempunyai keaneragaman hayati tertinggi di Dunia khususnya diwilayah Pesisir. Dengan panjang garis pantai yang mencapai 81.791 Km, merupakan pantai terpanjang kedua di Dunia setelah Kanada. Panjangnya perairan dangkal ini pulalah yang menjadi habitat dari tiga ekosistem utama yaitu ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang. Di ketahui bahwa ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang tumbuh subur diperairan Indonesia sehinga
Peranan ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen. Sementara itu peranan lain yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya. Selain itu, ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor.
Namun, Dewasa ini ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang merupakan ekosistem sangat rentan dan peka terhadap perubahan lingkungan hidup seperti kegiatan alih fungsi lahan, sedimentasi yang berkaitan dengan pembangunan pelabuhan, real estate, sarana wisata, pembuangan sampah organik cair, sampah padat, pencemaran oleh limbah industri terutama logam berat, pencemaran limbah pertanian dan pencemaran minyak serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti potasium sianida dan sabit/gareng. Sehingga kondisi ini dapat menurunkan kemampuan daya dukung (carrying capacity) ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang dalam fungsinya sebagai produktifitas perairan.
Penginderaan jauh (remote sensing) merupakan salah satu upaya pemantauan kondisi ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang. Beberapa informasi yang dapat diperoleh melalui Penginderaan jauh (remote sensing) terhadap ekosistem perairan antara lain mengidentifikasi komposisi jenis, luas tutupan, biomassa bahkan dapat memproyeksikan perubahan perubahan yang terjadi terhadap ekosistem dalam kurung waktu tertentu.

 
Gambar 1. Salah satu contoh pemanfaatan remote sensing ,menunjukkan perubahan pada ekosistem pada lamun di Pesisir Australia  yang terjadi pada tahun 2004 dan 2007 ( Lyons et al.,2011). Perubahan tersebut misalnya kawasan yang dulunya terdapat lamun namun kini sudah berubah menjadi alga atau pasir.
 Pemantauan ekosistem perairan dangkal merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan apalagi dengan kondisi perairan di Indonesia relatif jernih, dimana penetrasi cahaya yang baik dan mudah diakses oleh bidang data. Selain itu, remote sensing juga  menjadikan lebih hemat biaya daripada pengumpulan data melalui survei lapangan. Meski demikian remote sensing terhadap kondisi ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang tetap harus diintergasikan dengan data-data lapangan agar informasi yang tersedia lebih kompleks sehingga mudah untuk dimanfaatkan.
Penutup, Berdasarkan uraian singkat diatas maka sudah sepatutnya kita mengadopsi teknologi remote sensing ini khususnya dalam memantau kondisi ekosistem diperairan Laut dangkal. Sehingga dengan pemantauan yang intensif merupakan sebuah modal awal dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya perairan secara lestari dan berkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar