Sewaktu berkunjung ke daerah pesisir, tak jarang kita akan menemukan gubuk sederhana nelayan, kebanyakan terlihat kusam, terbuat dari kayu yang mudah lapuk. belum lagi satu gubuk kadang ditempati hingga 8 anggota keluarga. Hal ini tentu menandakan kondisi perekonomian mereka... menunjukkan kemiskinan yang sedang mereka alami.. menunjukkan penderitaan mereka, apalagi ketika musim paceklik menjelang "Ombak biasa besar, sehingga nelayan tak Melaut". Jika tidak melaut maka tentu tak ada penghasilan.
TAHUKAH KITA ? bahwa seperempat dari seluruh total penduduk miskin yang berada di Indonesia
adalah dari kelompok dan keluarga nelayan tradisional di pesisir, yaitu
sebanyak 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin
nasional yang sebanyak 31,02 juta orang. Ironi Bukan?
Dari banyak sumber yang saya dapatkan, ada banyak hal pendapat tentang penyebab kemiskinan nelayan indonesia.
Beberapa diantaranya
1. Ahmad Solihin dalam bukunya Politik dan Hukum Perikanan
" Setidaknya ada 3 hal yang menjadi penyebab kemiskinan nelayan diantaranya faktor alamia (kondisi sumberdaya alam), Kultural (budaya) dan Struktural (Keberpihakan pemerintah).
- Pertama faktor kondisi alam " Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga kelestarian sumberdaya laut terancam. tentu saja hal ini meresahkan masyarakat nelayan yang selalu tergantung terhadap sumberdaya ikan di laut.
- Kedua faktor Struktural " Sebagai masyarakat miskin tak berdaya terkadang nelayan tidak mempunyai bargaining position bahkan kerap dijadikan tumbal sebuah kebijakan pemerintah. Kenaikan BBM misalnya.. tentu saja dengan kenaikan BBM ini akan memberikan dampak yang sangat besar khusunya dalam biaya operasional . Naiknya BBM menyebabkan efek domino dimana barang-barang yang menjadi kebutuhan mereka sendiri menjadi naik, seperti es batu, alat tangkap, bahan makanan. Tentu saja akan menambah beban nelayan dimana keadaan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan nelayan.
2. Rahmatullah dalam sebuah tulisan di "www.rahmatullah.net "
Beliau mengungkapkan lima masalah pokok terkait penyebab kemiskinan masyarakat nelayan yang terjadi di Indonesianya diantaranya:
- Pertama. Kondisi Alam menyebabkan kemiskinan masyarakat nelayan. Hal ini karena nelayan hidup dalam suasana alam yang keras (Ombak, Badai dan penuh resiko dilaut bebas) yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.
- Kedua. Tingkat pendidikan nelayan. Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah.
- Ketiga Pola kehidupan nelayan. Pola hidup konsumtif juga menjadi masalah besar, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder.
- Keempat. Pemasaran hasil tangkapan. Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak mahal dengan harga di bawah harga pasar. Kelima. Program pemerintah yang belum memihak nelayan, kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kebijakan yang pro nelayan mutlak diperlukan, yakni sebuah kebijakan sosial yang akan mensejahterakan masyarakat dan kehidupan nelayan.
3. Kusnadi dalam sebuah buku "Akar Kemiskinan Nelayan"
Dalam buku ini ditegaskan ada enam faktor yang menjadi akar kemiskinan nelayan
- Pertama. Keterbatasan Kualitas sumberdaya Nelayan
- Kedua. Keterbatasan modal usaha dan teknologi penangkapan
- Ketiga. Hubungan kerja (pemilik perahu- Nelayan Buruh) dianggap kurang menguntunkan khusunya bagi nelayan buruh. klo daerah sulawesi lebih akrab dengan istilah "Ponggawa-Sawi) ponggawa adalah pemilik kapal sementara sawi adalah awak atau anak buah kapal.
- Keempat. Kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan.
- Kelima. Ketergantungan yang tinggi terhadap ekupasi melaut
- Keenam. Gaya hidup yang dipandang "boros" sehingga kurang berorietasi masa depan
4. Rokhmin Dahuri dalam sebuah tulisan "Akar Masalah Kemiskinan Nelayan dan Solusinya"
Menurut beliau nih setidaknya ada sembilang permasalahan teknis yang menyebabkan nelayan miskin
- Pertama, banyak nelayan yang kini melakukan usaha penangkapan ikan di wilayah-wilayah perairan laut yang stok SDI (sumber daya ikan) nya mengalami overfishing (tangkap lebih)
- Kedua, pencemaran laut, perusakan ekosistem pesisir (seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuari) yang semakin dahsyat, dan perubahan iklim global ditenggarai menurunkan stok (populasi) SDI.
- Ketiga, sebagian besar nelayan menangani (handling) ikan hasil tangkapan selama di kapal sampai di tempat pendaratan ikan (pelabuhan perikanan) belum mengikuti cara-cara penanganan yang baik (Best Handling Practices)
- Keempat, hampir semua nelayan tradisional mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pemukiman nelayan, tempat pendaratan ikan (TPI), atau pelabuhan perikanan pantai (PPP) yang tidak dilengkapi dengan pabrik es atau cold storage dan tidak memenuhi persyaratan standar sanitasi dan higienis.
- Kelima, di masa paceklik dan kondisi laut sedang berombak besar atau angin kencang (badai), antara 2 sampai 4 bulan dalam setahun, nelayan tidak bisa melaut untuk menangkap ikan.
- Keenam, pada musim paceklik, harga jual ikan di lokasi pendaratan ikan biasanya tinggi (mahal), tetapi begitu musim ikan (peak season) tiba, harga jual mendadak turun drastis.
- Ketujuh, kebanyakan nelayan membeli jaring, alat tangkap lain, BBM, beras, dan bahan perbekalan lainnya untuk melaut juga dari pedagang perantara yang jumlahnya bisa lebih dari dua tingkatan, tidak langsung dari pabrik atau produsen pertama.
- Kedelapan, harga BBM dan sarana produksi untuk melaut lainnya terus naik, sementara harga jual ikan relatif sama dari tahun ke tahun, atau kalaupun naik relatif lamban.
- Kesembilan, sistem bagi hasil antara pemilik kapal ikan, nahkoda kapal, fishing master, dan ABK ditenggarai jauh lebih menguntungkan pemilik kapal. Dan, yang paling dirugikan adalah ABK. Karena itu, pada umumnya pemilik kapal modern (diatas 30 GT) beserta nahkoda kapal dan fishing master sudah sejahtera, bahkan kaya. Sementara, ABK nya masih banyak yang miskin.
Salah satu nelayan penangkap ikan (diambil pada pelaksanaan PKL di Kabupaten Maros)
Perkampungan nelayan di Dusun Kuri Lompo, Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sul-Sel (diambil pada pelaksanaan PKL MSP UNHAS Angk.2009)
Informasi ini dikutip dari berbagai sumber dengan beberapa pengembangan dari penulis. Bukan bermaksud plagiat dengan mengutip beberapa sumber namun semata-mata hanya untuk menambah ilmu pengetahuan kita semua sehingga kelak dengan mengetahui permasalahan yang ada dinelayan maka kita tergerak untuk menyelesaikan persoalan itu...
Jayalah Pesisirku, Jayalah Nelayan.. Mari wujudkan Laut Lestari Nelayan Sejahtera.