Kamis, 14 Maret 2013

Optimalisasi Tidal Ocean Energy Sebagai Solusi Keterbatasan Energi Listrik Pulau-Pulau Kecil di Selat Makassar


Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas laut mencapai 3,1 juta km2. Selain itu wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996).
Wilayah Indonesia yang terbentang dari 6°08′ LU hingga 11°15′ LS, dan dari 94°45′ BT hingga 141°05′ BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,9 juta km2 dengan wilayah perairan sebesar  6,1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, sehingga luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya. Salah satu kawasan laut yang menyimpang pontensi sumberdaya alam yang melimpah adalah selat makasar. Selat ini terletak di antara pulau Kalimantan dan Sulawesi dengan hamparan pulau-pulau karang membentang dari selatan hingga utara, mulai Kabupaten Takalar di Selatan hingga pulau-pulau Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di Utara yang dikenal sebagai dangkalan Spermonde Shelf, dengan jumlah pulau sekitar 120 pulau.
Sebagai Negara kepulauan terbesar dengan potensi sumberdaya laut dan pesisir yang melimpah seharusnya menjadikan Indonesia sebagai Negara yang maju. Namun hingga saat ini berbagai persoalan pengelolaan pesisir dan laut menjadikan masyarakat pesisir sebagai masyarakat  terbelakang yang jauh dari kesejahteraan. Salah satu persoalan masyarakat pesisir di pulau-pulau kecil di selat Makassar adalah masalah kelistrikan, padahal listrik memegang peranan yang sangat penting dalam membangun sebuah kawasan menjadi lebih maju. Masyarakat kepulauan di selat Makassar umumnya mendapatkan listrik dari pengoperasian genset yang memerlukan biaya operasional yang mahal serta waktu pengoperasian yang relatif terbatas. Melihat permasalahan di atas maka timbullah insiatif gagasan untuk mengembangkan Energi pasang surut Tidal Ocean Energy air laut sebagai energy terbaharukan guna mengatasi Keterbatasan energy listrik Pulau-Pulau Kecil Di Selat Makassar.
PEMBAHASAN
Perairan Indonesia memiliki keadaan alam yang unik, yaitu topografinya yang beragam. Karena merupakan penghubung dua system samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, maka sifat dan kondisinya dipengaruhi oleh kedua samudera tersebut, khususnya samudera pasifik. Pengaruh ini terlihat antara lain pada sebaran massa air , arus, pasang surut dan kesuburan perairan. Selain pengaruh kedua kedua samudera tersebut, keadaan musim juga mempengaruhi sifat dan kondisi perairan disini, misalnya perairan Selat Makasar, Laut Banda, Laut Flores dan Laut Sulawesi (Wyrtki, 1961).
Selat Makassar merupakan selat yang terletak di antara pulau Kalimantan dan Sulawesi di Indonesia. Di Selat Makassar terdapat hamparan pulau-pulau karang yang berada di bagian barat jazirah Sulawesi Selatan, membentang selatan-utara, mulai Kabupaten Takalar di Selatan hingga pulau-pulau Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di Utara, dikenal sebagai dangkalan Spermonde Shelf, dengan jumlah pulau ± 120 pulau dan 12 diantaranya merupakan bagian wilayah Kota Makassar. Potensi energi Energi pasang surut di selat Makassar sangat besar. Asumsinya jika kita mampu menggarap energi ini maka bukan hal yang mustahil masyarakat di pulau-pulau kecil di wilayah selat Makassar dapat menikmati listrik.
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya; dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak.
Salah satu model pembangkit listrik tenaga pasang surut ini adalah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya adalah lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.
Beberapa perusahaan di dunia telah mengembangkan teknologi turbin lepas pantai di antaranya adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris. Gambar hasil rekaan tiga dimensi dari ketiga jenis turbin tersebut ditampilkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Bermacam-macam jenis turbin lepas pantai yang digerakkan oleh arus pasang surut.
Gambar sebelah kiri (1): Seagen Tidal Turbines buatan MCT.
Gambar tengah (2): Tidal Stream Turbines buatan Swan Turbines.
Gambar kanan atas (3): Davis Hydro Turbines dari Blue Energy.
Gambar kanan bawah (4): skema komponen Davis Hydro Turbines milik Blue Sumber: (1) marineturbines.com, (2) swanturbines.co.uk, (3) & (4) bluenergy.com.
Teknologi turbin bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).
Beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembangkit listrik tenaga pasang surut antara lain setelah dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis, tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya, tidak membutuhkan bahan bakar, biaya operasi rendah, produksi listrik stabil serta pasang surut air laut dapat diprediksi.
 
Gambar 2. Salah satu pembangkit model pembangkit listrik tenaga pasang surut yang dapat di terapakan di pulau.
Turbin-turbin air dan mesin-mesin listrik terletak di bawah air, hanya bagian atas dari pembangkit listrik tersebut yang tampak diatas permukaan laut.
Saat ini baru beberapa negara yang yang sudah melakukan penelitian secara serius dalam bidang energi tidal, diantaranya Inggris dan Norwegia. Di Norwegia, pengembangan energi ini dimotori oleh Statkraft, perusahaan pembangkit listrik terbesar di negara tersebut. Statkraft bahkan memperkirakan energi tidal akan menjadi sumber energi terbarukan yang siap masuk tahap komersial berikutnya di Norwegia setelah energi hidro dan angin. Keterlibatan perusahaan listrik besar seperti Statkraft mengindikasikan bahwa energi tidal memang layak diperhitungkan baik secara teknologi maupun ekonomis sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan energi dalam waktu dekat.
Potensi energi tidal di Indonesia tidak kalah dari Negara-negara diatas dan termasuk yang terbesar di dunia. Sudah semestinya kita menggarap energi ini. Jika bangsa kita mampu memanfaatkan dan menguasai teknologi pemanfaatan energi tidal, ada dua keuntungan yang bisa diperoleh yaitu, pertama, keuntungan pemanfaatan energi tidal sebagai solusi pemenuhan kebutuhan energi nasional dan, kedua, kita akan menjadi negara yang mampu menjual teknologi tidal yang memberikan kontribusi terhadap devisa negara.
 

Pihak-Pihak Terkait dalam Implementasi Tidal Ocean Energy
Pengembangan Tidal Ocean Energy di pulau membutuhkan dukungan yang komprehensif dan kontinyu agar dapat menuai hasil yang jauh lebih maksimal. Untuk itu, dalam implementasi gagasan ini dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya :
1.             Instansi Pemerintah
Dalam implementasi gagasan ini, keterlibatan pemerintah diwakili melalui seperti:
a.       Dinas Perusahaan Listrik Negara (PLN)
b.      Bappeda Kota Makassar
c.       Dinas Tata Ruang dan Bangunan
d.      Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Makassar.
e.       Mitra Bahari DKP Prov.Sul-Sel
f.        Institusi Pendidikan, Peran serta institusi pendidikan baik peguruan tinggi Negeri maupun Peguruan tinggi swasta dapat dilakukan dengan munculnya gagasan tentang strategi maupun inovasi teknologi tepat guna dalam penanggulangan bencana. Institusi pendidikan tinggi dapat pula melakukan penelitian, pengkajian, identifikasi, dan analisis dampak dan risiko bencana bahkan bila memungkinkan dapat membandingkan keefektivan strategi-strategi yang diterapkan.
2.             Pihak Swasta
Peran serta pihak swasta dapat dilakukan dengan turut mendukung program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai wujud  tanggung jawab.
3.             Lembaga Swadaya dan Organisasi Kemasyarakatan
Lembaga swadaya dan organisasi masyarakat dapat berperan secara multifungsi, yakni mulai dari peranannya sebagai fasilitator masyarakat dalam pendidikan dan pelatihan, fungsi pengembangan jaringan, fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah dan dunia bisnis, mengembangkan akses masyarakat untuk meningkatkan kapasitas, memfasilitasi  usaha penguatan organisasi masyarakat lokal, serta membangun koordinasi dan komunikasi antar kelompok sektoral. Lembaga-lembaga kemasyarakatan menduduki peran katalisator internal yang dapat membatu menjalankan fungsi pendampingan, monitoring, evaluasi, dan advokasi antar kelompok-kelompok terkait.
4.             Media Informasi dan Komunikasi Massa
Media informasi dan komunikasi massa juga memegang peranan penting dalam pengembangan Kawasan Mangrove di pulau lakkang.. Pembuatan film dokumenter, situs atau website khusus menyediakan informasi pengembangan Kawasan Mangrove di Pulau Lakkang.


PENUTUP
Kesimpulan
Potensi  Energi pasang surut di selat Makassar sangat besar. Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya; dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Bukanlah hal yang mustahil kita dapat mengembangkan teknologi hingga masyarakat pesisir di pulau-pulau kecil di wilayah selat Makassar. Dengan adanya energy listrik di wilayah kepulauan ini masyarakat pesisir dapat merasakan keadilan bahwa bukan hanya masyarakat di darat yang dapat menikmati listrik, namun masyarakat terisolir dan terpencil di kepulauan pun dapat merasakan listrik. Dengan adanya listrik ini akan mengantar masyarakat menuju kemakmuran dan kesejahteraan.
Melihat pesatnya riset pengembangan Tidal Ocean Energy yang dilakukan oleh Negara lain maka sudah sepantasnya kita tidak boleh kalah sebagai Negara kepulauan terbesar yang memiliki luas laut yang lebih besar di banding Negara yang mengembangkan energy pasang surut tersebut, kita harus melakukan riset penelitian hingga pengembangan energy pasang surut di kepulauan kita. Kita tidak boleh pesimis dengan keadaan yang di alami Negara kita. Kita harus bersyukur bahwa Negara kita dianugerahi  sumberdaya alam yang tak dimiliki Negara lain selain itu kita harus Optimis bahwa kita mempunyai sumberdaya manusia yang handal, yang siap bekerja keras, mengerahkan segenap pikiran dan tenaga demi membangun negeri ini menjadi lebih maju dan sejahtera.













DAFTAR PUSTAKA
Hutabat Sahala. 2008. Pengantar Oceanografi . UI-Press Jakarta

Halim Rustam. 2010. Negara Kepulauan Available at :

Irzan Muh.2008.pasang surut. Available at : http://majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut/ (21 November 2011)

Nuitja. 2010. Manajemen Sumberdaya Perairan. IPB-Press. Bogor

Rustam. 2011. Parameter oceanografi di laut. Available at :                                    http://www.alpensteel.com/article/52-106-energi-laut-ombakgelombangarus/553-saatnya-indonesia-menggarap-energi-tidal.html (21 November 2011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar