Sabtu, 10 November 2012

kondisi Hutan mangrove di desa tongke-tongke sinjai memprihatinkan

Ekosistem Mangrove
          Hutan mangrove merupakan formasi tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai, dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
          Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon- pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).

Luas Hutan Mangrove Dunia
FAO (2007) menyatakan bahwa luas hutan mangrove di dunia pada tahun 2005 diperkirakan seluas 15,2 juta ha yang tersebar di seluruh pantai tropik dan sub-tropik. Sebaran dan persentase luas hutan mangrove di dunia.. Menurut data tutupan lahan Bakosurtanal (2009), hutan mangrove di Indonesia mencapai luasasn sebesar 3.244.018,64 ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Fungsi Ekosistem Mangrove

  1. Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya (Snedaker, 1978) yang memberikan kontribusi terhadap produktivitas ekosistem pesisi (Harger, 1982). Dalam hal ini beberapa fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai
  2. mangrove sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), tempat berkembang biak berbagai jenis krustasea, ikan, burung biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit seperti anggrek, paku pakis dan tumbuhan semut, dan berbagai hidupan lainnya;
  3. Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut;
  4. Esistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang laut lainnya;
  5. Ekosistem mangrove dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan limbah organik;
  6. Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting mangrove dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai atau perairan yang melalui ekosistem mangrove;
  7. Ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu dan non kayu;
  8. Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi

Hutan Mangrove Lebih Efisien Menyimpan Karbon
           Hasil penelitian
terbaru yang diterbitkan dalam situs Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), Senin (30/7) mengungkapkan, jika lestari, potensi hutan mangrove secara ekonomi, ekologis dan sebagai tempat penyimpanan karbon sangat besar.

           Penelitian ini disusun oleh tiga orang peneliti yaitu Juha Siikamäkia, James N. Sanchiricoa dan Sunny L. Jardinec dari tiga lembaga yaitu Resources for the Future; Department of Environmental Science and Policy; dan Department of Agricultural and Resource Economics, University of California, Davis. Mereka berhasil mengungkap potensi ekonomi, ekologis dan penyimpanan karbon dari hutan mangrove guna memromosikan pelestarian sumber daya alam yang berharga ini.
Setiap hektar hutan mangrove, mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih banyak dibanding hutan tropis di dataran tinggi (upland tropical forests). Peran ini penting untuk mengurangi jumlah emisi CO2, penyebab pemanasan global yang saat ini terus meningkat.

          Walau luas hutan mangrove hanya 0.7% (sekitar 140.000 km2) dari luas hutan tropis dunia, hutan mangrove mampu menyimpan emisi karbon dioksida hingga 20 miliar ton (20 Pg C) atau 2,5 kali lipat lebih banyak dari emisi CO2 yang dihasilkan dunia setiap tahun. Dan upaya menghindari emisi CO2 dengan menjaga kelestarian hutan mangrove bisa dilakukan dengan biaya antara US$4-10 per ton CO2 – relatif lebih murah jika dibandingkan upaya yang sama pada hutan tropis lain yang mencapai US$10-20 per ton CO2. Jika mangrove dijaga lestari, kemampuan ini akan terus meningkat, namun jika tren kerusakan hutan mangrove saat ini terus berlanjut, maka potensi akumulasi penyimpanan karbonnya akan musnah.

Kerusakan Mangrove
            Berdasarkan data tahun 1999, luas wilayah mangrove yang terdapat di Indonesia yakni total 8,6 juta hektare. Namun sejak rentang 1999 hingga 2005, hutan bakau itu sudah berkurang sebanyak 5,58 juta hektare atau sekitar 64 persennya. Saat ini hutan mangrove di Indonesia yang dalam keadaan baik tinggal 3,6 juta hektar, sisanya dalam keadaan rusak dan sedang. (http://nationalgeographic.co.id/)
               menurut posting di http://www.wisatanesia.com/2010/06/hutan-bakau-sinjai.htmlHutan Bakau Terletak di desa Tongke-Tongke Kec. Sinjai Timur sekitar 7 km dari pusat kota Sinjai. Hutan bakau (mangrove) di Tongke-Tongke dalam perkembangannya telah menjadi obyek wisata yang ramai dan diminati, baik oleh wisatawan nusantara mauoun mencanegara, terutama sekali oleh para ilmuan yang gemar melakukan penelitian. Desa Tongke-Tongke dengan kekayaan hutan bakaunya dijuluki sebagai laboratorium bakau Sulawesi Selata. Pengembangan hutan bakau yang berlokasi pada pesisir sebelah timur kota Sinjaitersebut memiliki luas kurang lebih 786 ha, yang dikembangkan melalui swadaya masyarakat murni. Berkunjung du hutan bakau Tongke-Tongke berarti juga akan dihibur oleh aneka jenis bebunyian dan pekikan satwa dipagihari dan kepakan sayap ribuan kalelawar, yang bergantungan di atas pepohonan bakau pada siang hari

               namun bebeda ketika kunjungan kami pada bulan Agustus 2012 perasaan senang gembira setelah menunggu lama akhirnya saya punya kesempatan untuk mengunjungi salah satu hutan mangrove di sulawesi selatan yang masih baik. perjalanan kami tempuh kurang lebih 30 menit dari kel.palattae, kecamatan kahu kabupaten bone. dengan di temani oleh teman dari jurusan budidaya perairan, perikanan unhas setelah melewati jalan persatuan raya kota sinjai lalu belok kiri akhirnya kami tiba di desa tongke-tongke. perasaan gembira setelah sekian lama hanya mendengar cerita entah dari dosen atapun dari pemberitaan media..
melewati gerbang terpapang sudah "Welcome di taman konservasi hutan mangrove tongke-tongke" dengan tak sabar ku lalui jalan dengan laju cepat menuju hutan mangrove tongke-tongke.. namun begitu terkejutnya kami ketika melihat kawasan mangrove tersebut sama sekali tak seperti kami baayangkan.. luas mangrove yang kami liat sepertinya sudah tidak luas seperti yg dikatakan 786 ha sepertinya hanya sebuah hutan biasa yang tumbuh dipesisir dengan ketebalan yang sedikit... hanya ada rerimbunan pohon yang didominasi oleh rhizopora..entah karena apa mungking karena adanya pemanfaatan mangrove tersebut untuk berbagai keperluan..

               penasaran dengan daerah wisata yang terdapat jembatan akhirnya kami meneruskan perjalanan dan sampailah kami di tempat tersebut... aneh kami tidak menemukan satupun petugas dari pemkap sinjai entah itu dari Dkp sinjai, Dishut sinjai, atau dari dinas pariwisata sinjai.. kami hanya menemukan satu orang warga yang berpesan kepada kami agar berhati-hati...
                teryata benar, jembatan di hutan konservasi tersbut telah rusak... bahkan papannya sudah patah bahkan ada yang hilang. selain itu terlihat sampah dimana-mana. sangat tidak mencerminkan sebagai hutan konservasi yang dilindungi....
                 kami hanya bisa berharap semoga kedepan pemkab sinjai menginisiatif agar hutan ini dapat diperbaiki kembali, fasilitas dan sarana prasana.. dan semoga masyarakat tongke-tongke diberi kesadaran untuk mensyukuri atas hutan mangrove di desa tersebut... karena adanya mangrove telah memberikan banyak kehidupan bagi mereka.. sangat sayang jika hutan konservasi mangrove yang kita banggakan itu kini mengalami kerusakan....
mari lestarikan mangrove!!!! 

lestari mangrove'ta banyak ikan'ta lestari juga nelayan'ta
 beberapa foto di tongke-tongke sinjai

   
    tampak kerumunan sampah dimana-mana
jembatan yang rusak parah

    bibit bakau  dibibir pantai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar