Mengawali pertualangan kali ini, kuawali dengan
mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena tanpa kehendak-Nya pengalaman yang
luar biasa ini tak akan pernah kujalani dan kuukirkan.
“Siapkan Fisik, Mental dan Perlengkapan Anda!” sekiranya itulah pesan singkat koodinator lapangan tim kami, sehari sebelum tim ekspedisi melakukan pendakian gunung bawakaraeng.
Hari ini bertepatan jumat 13 september 2013, kami merencanakan akan melaksanakan pendakian ke salah satu puncak gunung tinggi di Sulawesi selatan yakni gunung bawakaraeng. Berdasarkan informasi yang didapatkan dariberbagai sumber, Asal kata Bawakaraeng sebenarnya memiliki arti sendiri Bawa artinya Mulut dan Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan. Masyarakat di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali sehingga banyak masyarakat yang juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji. Selain berfungsi sebagai penyedia air bagi beberapa kabupaten di Sulawesi selatan, Gunung Bawakaraeng juga sangat kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati diantaranya ditumbuhi oleh berbagai jenis flora seperti jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak serta berbagai jenis fauna antara lain, Anoa, babi hutan, ular, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan beberapa jenis fauna yang lain.
Nah itu tadi gambaran singkat tentang gunung
bawakaraeng..
Berangkat dari kota Makassar bukan tanpa hambatan, tetapi
meski demikian berbagai kendala dan permasalahan tersebut kami coba hadapi
dengan penuh tekad, kesabaran dan semangat. kami adalah kumpulan beberapa
mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas
hasanuddin terdiri dari Koordinator Lapangan Abzal Bastarie, Yusfi Yusuf,
Frenky Leonardo, Ignasius Yalfet, fajar izas, Reza, Rudi, Nur syamsiah, K.Maya
K.Syainullah Wahana, k. Mamat key dan
tentu saja yah saya sendiri
Perjalanan kami mulai di dusun lembanna, Desa patappang, Kecamatan tinggi
moncong, Kab. Gowa. Dusun lembanna merupakan dusun terakhir dijalur pendakian
kabupaten gowa yang terletak di kaki gunung bawakaraeng. Karena letaknya di
kaki gunung tidak heran jika suhu didaerah ini juga sangat dingin. Untuk
mencapai daerah ini biasanya diperlukan waktu tempuh kurang lebih 2-4 jam dari
kota Makassar melewati kota sungguminasa dan kota malino. Di Lembanna inilah
biasanya para Pecinta Alam atau pendaki menginap atau sekedar melepas lelah
sebelum mereka melakukan perjalanan menuju puncak bawakaraeng sehingga tidak
mengherankan jika beberapa Organisasi Pencinta alam mempunyai basecame didaerah
ini. Lokasi basecame mereka biasanya berada dipemukiman penduduk di daerah ini.
keterbukaan dan keramahan warga juga menjadi faktor mengapa mereka memmilih
daerah ini sebagai basecame. Keramah tamahan warga disini menjadi keunikan
tersendiri yang jarang didapatkan di daerah lain, dimana sesekali kita
berpapasan dengan warga sesekali itu itu kita akan melihat senyum diwajah warga
tersebut. Tak terkecuali basecame yang kami tempati yakni dirumah seorang warga
yang akrab dipanggil P.Tata Budding sekarang dijadikan basecame SAR UNHAS.
P.Tata Budding kini tinggal bersama beberapa orang anaknya beserta beberapa
cucunya, meskipun sudah tua bapak ini terlihat tetap bugar dan semangat masih jelas
terpancar jelas diwajahnya.
Setelah melepas lelah, perjalanan kami mulai tepat pukul
14.00 WITA dari basecame. Untuk
mencapai puncak gunung bawakaraeng pendaki mesti melewati 10 pos dengan waktu
tempuh normal sekitar 6-10 jam tergantung kemampuan dari para pendaki. Namun
Biasanya para pendaki melakukan perjalanan selama 2 hari dengan came dibeberapa
pos sebelum mencapai puncak. Tak lupa sebelum kami melakukan perjalanan kami
memanjatkan doa terlebih dahulu agar diberi keselamatan hingga sampai di tempat
tujuan.
Foto
bersama tim di Pintu Masuk Pendakian Gunung Bawakaraeng
Berangkat
dari Lembanna menuju pos 1, pendaki akan disuguhkan dengan pemandangan alam
yang menabjubkan yaitu hamparan perkebunan penduduk yang begitu hijau
dan Asri. Terlihat sesekali penduduk menyiangi tanaman mereka, tentu saja
mereka merawat dengan sepenuh hati supaya tanaman yang mereka hasilkan juga
memuaskan. Hal yang menarik adalah petani disini mulai memanfaatkan kompos
sebagai pupuk tanaman mereka, tampaknya penduduk sudah sadar bahwa penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan ternyata telah membuat tanah mereka menjadi tandus
dan kurang subur sehingga mereka mulai beralih menggunakan pupuk kompos. Bahkan
penggunaan bahan organic dari kompos ini juga telah memacu pertumbuhan tanaman
mereka. Selain Buah dan Sayur dihasilkan lebih besar juga penggunaan pupuk
organik dapat memacu peningkatan perekonomian yang berujung pada kesejahteraan
petani.
Pertanian Organik di Dusun Lembanna
Menuju Pos I
Setelah melewati daerah perkebunan maka pendaki akan
memasuki daerah pohon pinus ada dua jalur menuju pos 1 yaitu jalur air terjun
dan jalur pohon pinus. Kurang lebih 30 menit sebelum mendapatkan POS I pendaki
akan mendapatkan pos bayangan. Di pos ini terdapat sumber air bersih yang dapat
dimanfaatkan oleh pendaki. Setelah kurang lebih 1 setengah jam perjalanan dari
Lembanna tepat pukul 15.30 WITA kami pun tiba di POS I.
Di
Pos I ini mempunyai ketinggian atau elevasi 1718 mDPL (meter Diatas Permukaan
Laut). Dari Hasil Ekpedisi NKRI Tahun 2013 Koridor Sulawesi SubKorwil Gowa
telah dibuat tugu sederhana yang menandakan bahwa anda telah berada di Pos I. Yang
menarik dari tugu ini adalah, dibalik tugu ini ada sebuah tulisan singkat“ Kami Orang yang beradat adatlah dijunjung
tinggi, Keramah tamahan jadikan selimut”. Dari kalimat diatas jelas
berpesan kepada kita semua bahwa jangan sekalipu kita melupakan adat karena
adat kebudayaan yang turun-temurun diwariskan kepada setiap generasi, dan salah
satu yang patut kita junjung tinggi
adalah keramah tamahan.
Pada
Pos I ini mempunyai dua jalur yaitu jalur menuju pos II dan Jalur menuju lembah
ramma. Lembah Ramma merupakan salah satu lembah di bawah gunung bawakaraeng
yang menyajikan pemandangan yang eksotis. Dilembah ini pegunungan Bawakaraeng
terlihat dengan jelas.
Menuju Pos II
Dari Pos I menuju
Pos II Medan yang dilalui yakni bukit-bukit berbatu yang dikelilingi semak
belukar. Diperlukan waktu sekitar 40 menit dari Pos I menuju pos II. Tepat Pukul
15.31 WITA tim Kami tiba di POS II. Topografi Pos I dan PoS II mempunyai
kemiripan yaitu sama-sama berada ditempat yang Landai.
Di
Pos II ini mempunyai ketinggian/ elevasi mencapai 1703 mDPL. Seperti pada tugu
sebelumnya di tugu inipun juga terdapat kalimat “ Berapa banyak harta yang dimiliki kalau sifat tamak dan tidak
bersyukur, memiliki seluruh isi bumi pun
tidak akan bahagia”. Nah dari kalimat singkat diatas jelas memberikan pesan
bagi pendaki untuk tidak serakah dan selalu mensyukuri apa yang ada dan yang
perlu kita ketahui bahwa kekayaan tidaklah menjamin manusia akan bahagia.
Terlebih manusia yang paling bahagia adalah manusia yang selalu mensyukuri apa
yang ada, Manusia yang senantiasa mengucapkan Alhamdala ketika mendapatkan nikmat dan senantiasa bersabar, serta
mengucapkan Innallillah ketika
tertimpa musibah. Setelah beriistirahat sejenak melepaskan lelah kami pun
melanjutkan perjalanan menuju pos II.
Menuju Pos III
Menuju pos III medan perjalanan
yang di tempuh hampirsama dengan Pos II dimana jalan berbatu dan bersemak.
Kurang lebih 20 menit perjalanan atau Tepat 16.30 WITA Tim kami tiba di Pos III.
Di Pos ini juga terdapat sumber air/sungai namun pada saat musim kering sumber
air ini juga dapat mengering. Pos III
ini mempunyai ketinggian/ elevasi 1835 mDPL. Dibeberapa sisi di POs ini juga
biasa digunakan tempat came/mendirikan tenda. Pesan pada tugu di pos ini
berbunyi “Jangan terlalu bergantung pada orang lain karena bayangannmu dapat
meninggalkanmu saat kamu berada di kegelapan”
Berada di POS III
Menuju Pos IV
Menuju
Pos IV medan yang ditempuh mulai memasuki vegetasi hutan khas tropis yang
lebat, pepohonan Nampak menjulang tinggi ke langit, terkadang disisi jalan
ditumbuhi rotan dan beberapa jenis lumut menandakan suhu disekitar sangat
lembab. Perjalanan dari Pos III ke Pos IV dapat ditempuh kurang lebih 30 menit
sehingga kami pun tiba di pos ini pada pukul 17.03 WITA. Yang menarik di pos ini
adalah terdapat sebuah tugu “bisa juga disebut makam” untuk mengenang salah
satu pendaki digunung bawakaraeng. Pos IV ini mempunyai ketinggian/ elevasi 1940 mDPL. Layaknya pada tugu sebelumnya disinipun
terdapat sebuah pesan yang berbunyi “Harta yang paling menguntungkan adalah
sabar, Teman yang paling akrab adalah Amal, Pengawal pribadi yang paling
waspada adalah diam, bahasa yang paling manis itu adalah senyum dan ibadah yang
paling indah tentunya Khusyuk” tentu saja petikan kalimat diatas memberikan pesan
yang sangat baik dalam menjalani kehidupan ini. Di Pos ini tidak terdapat
sumber air sehingga sangat jarang ada pendaki yang melakukan came di pos sini.
Menuju Pos V
Medan
perjalanan menuju pos V dari pos IV memiliki kesamaan yakni dikelilingi vegetasi
hutan khas tropis yang lebat, Namun perjalanan menuju pos V menggunakan waktu
yang cukup lama yakni 1 jam dibandingkan jarak tempuh antara pos III ke pos IV.
Semakin mendaki menuju pos V suhu semakin rendah dan dingin. Tepat pukul 18.10
WITA tim tiba di POS V. Pos V memiliki tinggi elevasi 2165 mDPL. Karena
keterbatasan Headlamp sementara hari mentari mulai hilang diperaduannya.
Ditambah beberapa anggota tim mulai kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk
came di Pos Ini. Pelajaran yang saya dapat dari Hal ini adalah jangan pernah
melanjutkan perjalanan dikala kita sedang mengalami keraguan dan selalu
memperhatikan kelengkapan anggota tim sebelum mendaki karena bisa jadi karena
kurangnya kelengkapan pribadi seperti Headlamp menyebabkan perjalanan menjadi terganggu.
Suasana di POS V
Beberapa Anggota tim sedang mendirikan Tenda
Keputusan
untuk came di pos ini menurut saya adalah Hal yang tepat dimana di pos ini karena
selain lokasi perkemahan yang cukup luas didaerah ini juga terdapat sumber air
yang cukup dekat dengan lokasi perkemahan. Karena suhu sangatlah dingin maka
beberapa anggota tim kami mengenakan pakaian yang cukup tebal untuk menghalau
suasana dingin ini meskipun beberapa dari kami mengenakan pakaian seadanya
tanpa kedinginan, mungkin karena kebiasaan. Setelah istirahat sejenak, Korlap
Kami segera membagi tugas, Ada bertugas mengambil air, mendirikan tenda,
menyiapkan pembakaran,dan ada yang bertugas memasak untuk keperluan makan tim,
kebetulan perut kami sudah terasa sangat lapar. Sambil menunggu makan malam
saya menyempatkan diri untuk shalat magrib, mendekatkan diri kepada Yang Maha
Kuasa “apa yang kulalui hari ini sangat kusykuri, betapa luas alam yang engkau
miliki, betapa kecilnya diriku terasa, namun kenapa masih ada manusia yang
merasa sangatlah besar lagi sombong?”.
Bermalam
di pos V bukan hanya dilakukan oleh Tim kami. Namun juga beberapa pendaki yang
lain juga menyempatkan diri untuk came di sini. Ketika selesai makan malam,
kami menyempatkan diri untuk berdiskusi dan bercengkama sesame anggota tim di
depan unggung, sesekali diselingi sorak tawa dan canda. Setelah puas, kami pun
bersiap di tenda masing-masing, pertama-tama masih terdengar bisik-bisik suara,
namun seketika semua menjadi hening ditelan oleh kegelapan malam. Karena lelah
dan kantuk akhirnya suhu dingin menjadi tak terasa.
Suasana pagi di POS V
Tak
terasa mentari sudah berada diufuk timur seraya menyambut senyum kami. Dengan
penuh semangat pun segera kami bergegas mempersiapkan segala kebutuhan untuk
melanjutkan perjalanan. Setelah sarapan, membereskan perlengkapan perkemahan
tak lupa kami mengabadikan moment yang terjadi di POS Ini.
Bersiap-siap melanjutkan perjalanan
Foto bersama tim Sebelum menuju POS VI
Oh iya, ada yang hampir terlupa. Seperti ditulisan
sebelumnya dimana ada tugu penanda pos maka disitupula pasti ada pesan. Kali
ini pesannya berbunyi “ kehidupan Manusia baik dan buruk adalah perbuatan
manusia itu sendiri” kalimat tersebut seakan menyindir kita semua, tidakkah
kita sadar bahwa sebenarnya bumi ini diciptakan begitu sempurna oleh sang
pencipta, namun karena keserakahan kita bumi ini pun menjadi rusak, lihatlah
dimana-mana terjadi pencemaran lingkungan, dimana-mana bencanabanjir dan
longsor. semua itu takkan pernah terjadi jika itu bukan ulah kita. OLehnya
sudah sepantasnya kita diwajibkan untuk selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan. “ Save Earth Now fo better life”.
Menuju Pos VI
Terlepas
dari Pos V menuju pos 6 perjalanan mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan
melewati Pohon-pohon yg tumbang dan kering karena pepohonan di sini habis
terbakar. Medan terjal dan berbatu. Sebaiknya jika mendaki malam hari perlu
berhati-hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak
begitu terlihat.
Masih
perjalanan menuju pos VI. melewati bukit berbatu yang dikelilingi banyak
tumbuhan jenis paku-pakuan, setelah itu mulai didapatkan vegetasi unik dengan
daun lancip, berukuran kecil, berwarna merah. Entah pohon ini namanya apa yang
jelas ketika digosokkan ke tangan baunnya seperti minyak gosok. Mungkin ini
adalah salah satu bahan pembuatan minyak gosok, sangat unik karena hanya dapat
tumbuh di tempat yang tinggi dan memiliki suhu lembab.
Setelah kurang lebih 1 jam berjalan tepat pukul
09.10 WITA kami tiba di posko 6. Pos VI memiliki tinggi elevasi 1713 mDPL,
Pesan pada tugu di POS VI ini adalah “ Merubah wajah tidak akan merubah
apapun namun menghadapi perubahan apapun dapat merubah segalanya”.
Kira-kira makna dan kalimat tersebut kita tidak boleh menghindari masalah dengan
lari dari permasalahan tersebut namun yang kita perlukan adalah berani melawan
dan menyelesaikan masalah tersebut, kira-kira seperti itu. Setelah beristirahat
sejenak kami melanjutkan perjalanan menuju pos VII.
Menuju Pos VII
Selepas
pos VI menuju pos VII maka kita akan disambut dengan vegetasi pohon lebat yang
dipenuhi tumbuhan lumut. Perjalanan akan mendaki seterusnya hingga mendapatkan
bebatuan dipuncak bukit. Kemudian menurun sedikit dan mendapati pos VII
Yang menarik di Pos VII adalah pemandangan
alam yang sangat indah dan terbuka. Namun Dipos 7 inilah juga sering terjadi
badai sehingga pendaki perlu berhati-hati. Seakan tidak mau ketinggalan moment
kami mengabadikan beberapa gambar di pos ini.
Panorama
di Pos 7
Pos VII ini memiliki tingkat elevasi 2548 mDPL. Adapun Pesan
pada Pos ini yaitu “ Sadarilah bahwa mengeluh tidak menyelesaikan apapun.
Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh segera
bertindak!.
Menuju Pos VIII
Menuju pos 8 jalur daripos 7 mulai naik turun, sisi jalan
terjal dan berjurang sehingga pendaki disarankan untuk selalu berhati-hati.
Dijalur ini mulai terlihat bekas longsoran dari gunung bawakaraeng. Biasanya
dijalur ini juga banyak pendaki yang mengalami dehidrasi atau kehilangan banyak
cairan tubuh. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber
menyebutkan di sepanjang jalur ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In-memoriam
pendaki yg tewas.
Setelah
perjalanan melewati beberapa bukit dengan jalur menurun, maka Tibalah kita di Pos 8. Waktu menunjukkan pukul
11.30 WITA ketika tim tiba dipos ini, dipos ini tersedia mata air sehingga
tidak jarang banyak pendaki yang memutuskan bermalam disini baru keesokan
paginya menuju puncak Bawakaraeng. Pemandangan rumput savana dan puncak Bawakaraeng
terlihat dari pos 8 ini, lantaran kabut tebal suhu di pos ini sangatlah dingin.
Pos 8 ini memiliki ketinggian atau elevasi 2442
mDPL. Seakan mengambarkan hambatan-hambatan yang terjadi selama perjalanan
ditugu dipos ini pun berkata bahwa “Ada kesuksesan dibalik keputusan-keputusan
yang sulit untuk diambil”. Di sisi sungai ini, kami menyempatkan diri untuk
beristirahat sejenak, sesekali terdengar canda dan tawa di tim kami ini.
Setelah merasa cukup akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan ini.
Menuju
pos IX
Setelah berjalan kurang lebih 1
jam dari pos 8 dengan melewati beberapa vegetasi yang berbeda akhirnya
sampailah kami di pos 9. Saat ini waktu menunjukkan pukul 13.26 WITA.
Dikarenakan pada saat perjalanan menuju pos 9 kami bertemu dengan beberapa
pendaki yang sudah turun dari puncak yang mengiinformasikan bahwa sangat
sedikit lokasi untuk mendirikan tenda dikarenakan banyak ditempati oleh pendaki
lain yang terlebih dahulu sampai dipuncak gunung. Selain itu kondisi dipuncak,
diperparah oleh kondisi angin yang kencang dan kondisi air yang keruh, Akhirnya
kami memutuskan untuk came di Pos 9. Pos 9 termasuk salah satu pos yang cukup
aman untuk came, selain sumber air yang bersih dan dekat juga pos ini aman dari
pengaruh angin kencang dikarenakan terhalangi oleh pepohonan.
Setelah
mendirikan tenda, kami pun menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh anggota
tim. Menu makanan siang ini adalah sayuran, nasi dan cumi goreng, mungkin
karena lapar sehingga menghitung menit saja makanan yang disajikan sudah terlelap
habis. Setelah beristirahat sejenak tepat pukul 17.00 WITA kami bergegas menuju
puncak
Menuju
pos 10.
Pos
10 adalah Puncak Gunung Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak
bawakaraeng, tidaklah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki namun di sisi
perjalanan kita disajikan dengan pemandangan menabjubkan. Setelah menempuh
kurang lebih 30 menit perjalanan, maka akan tiba di Puncak Bawakaraeng.
Pada saat tiba dipuncak, semua
seakan terbayarkan. Lelah, letih semua seakan sirna seketika. Jalanan terjal
berbatu ibarat rintangan menuju surga alam ini. Pemandangan begitu indah, awan
bergumpal, angina berhembus, mentari kemerahan… Rasanya ingin berteriak kencang
menembus sisi cakrawala, melepas semua lelah.."Ahhhh "Inilah Moment yang tak terlupakan Alhamdulillah terimah kasih Ya
Allah.. Sungguh besar ciptaanmu. Tak ingi kehilangan moment kami pun
menyempatkan diri untuk berfose bersama tim. Semua karena kerjasama tim,
sehingga berbagai rintangan dapat dilalui dan pada akhirnya kita semua berada
di negeri diatas awan, Negeri Bumi Bawakaraeng.
Akhirnya
setelah mentari menghilang diperaduannya, kami tim ekspedisi ini pun pamit segera
beranjak dari puncak gunung bawakaraeng menuju lokasi perkemahan kami. Dalam
hatiku masih tersimpan rasa untuk mendatangi tempat ini lagi, tempat yang
begitu indah, tempat dimana garis-garis cakrawala terlihat dengan sangat jelas,
tempat dimana seluruh impian dapat tercapai. Semoga teman-teman yang membaca
blog ini juga dapat menyaksikan secara langsung pesona di puncak gunung
bawakaraeng. Ini bukan akhir perjalananku tapi ini adalah awal hidupku untuk
terus menjelajah.
Belajar mencintai
alam dan membuka Mata dan Hati untuk selalu menjaga kelestarian alam ini. Aminn. Salam Damai Bumiku..